Di Antipode Ka’bah, Kamu Bisa Salat ke Segala Arah!

Terlepas dari perdebatan teori bumi bulat atau datar, ternyata muncul perdebatan baru tentang arah kiblat salat. Jika bumi bulat, bolehkah kita salat membelakangi kiblat atau tidak menghadap ke arah Ka’bah yang ada di Masjidil Haram?

Sebab, logikanya, jika kita berdiri membelakangi Ka’bah, kita juga sedang menghadap ke Ka’bah di sisi yang lain.

Namun, benarkah teori ini, Sahabat? Lalu bagaimana arah kiblat salat yang seharusnya? Yuk simak ulasan di bawah ini!

Arah kiblat sholat umat Islam yaitu ke Ka’bah, Masjidil Haram, Mekah
Gambar: Arah kiblat salat umat Islam yaitu ke Ka’bah, Masjidil Haram, Mekah

Pengertian Arah Kiblat

Pada dasarnya, jika kita berdiri membelakangi Ka’bah, sebenarnya kita juga sedang menghadap ke Ka’bah di sisi yang lain. Namun, para ahli falak yang mempelajari ilmu orbit, salah satunya Slamet Hambali (ahli falak dan dosen falak IAIN Walisongo Semarang) mendefinisikan arah kiblat sebagai arah menuju Ka’bah di Masjidil Haram melalui jalur terdekat.

Menurut Muhyiddin Khazin dalam buku “Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek”, kiblat merupakan arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran bumi yang menghubungkan suatu tempat dengan Kota Mekah.

Baca Juga: Hotel Madinah Taiba Front Cuma 10 Langkah ke Masjid Nabawi!

Sementara ahli falak Muchtar Salimi mendefinisikan kiblat sebagai jarak terdekat dari suatu tempat ke Masjidil Haram di Mekah.

Arah kiblat yaitu arah dari suatu tempat ke Ka’bah dengan jarak yang terdekat
Gambar: Arah kiblat yaitu arah dari suatu tempat ke Ka’bah dengan jarak yang terdekat

Ke Mana Arah Kiblat yang Sebenarnya?

Maka dapat disimpulkan, arah kiblat adalah arah dari suatu tempat ke Ka’bah di Masjidil Haram Mekah dengan jarak yang terdekat. Arah kiblat harus menuju arah yang terdekat dengan Ka’bah, bukan arah yang terjauh. Sama halnya seperti kita jika sedang melakukan perjalanan ke tempat tertentu, pasti kita memilih perjalanan dengan jarak yang terdekat, bukan?

Para ulama sepakat bahwa orang yang bisa melihat Ka’bah atau lokasinya dekat dengan Masjidil Haram, maka saat salat ia harus menghadap persis ke arah Ka’bah. Tidak sah salatnya jika mereka dapat melihat Ka’bah, namun arah salatnya membelakangi arah kiblat.

Lalu bagaimana dengan kita yang tinggal jauh dari Masjidil Haram? Apakah kita boleh salat membelakangi Ka’bah?

Penentuan arah kiblat sholat bagi umat Islam
Gambar: Penentuan arah kiblat salat bagi umat Islam

Untuk persoalan ini, kembali lagi pada pengertian arah kiblat, bahwa arah kiblat shalat ditentukan berdasarkan posisi dan jarak terdekat kita dengan Ka’bah. Jika kita salat membelakangi Ka’bah dan jaraknya lebih jauh dibanding kita menghadap Ka’bah, maka salat kita dinilai tidak sah. Sebab, salah satu syarat sah salat, yaitu menghadap ke arah Ka’bah.

“Jika kamu hendak melakukan salat, sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat dan lakukan takbiratul ihram.” (H.R. Bukhari & Muslim)

Antipode Ka’bah: Bisa Salat ke Segala Arah

Dalam perspektif bumi bulat, setiap tempat di bumi memiliki titik lain yang kutubnya berlawanan, atau biasa disebut sebagai antipode. Jadi, saat kita berada di titik antipode dan ingin menuju ke titik antipode lainnya, maka ke arah mana pun kita berjalan akan dihasilkan jarak yang sama.

Titik Antipode Ka’bah
Gambar: Titik Antipode Ka’bah
Titik Antipode Ka’bah
Gambar: Titik Antipode Ka’bah

Contohnya, posisi Ka’bah di Mekah memiliki titik antipode di Kota Tapuarava, Polinesia, Prancis. Jika kita berada di Kota Tapuarava dengan koordinat yang tepat sesuai antipode Ka’bah, maka secara teori jarak ke depan dan belakang akan sama nilainya dan sama-sama menuju arah Ka’bah. Maka, jika Sahabat salat ke arah mana pun di titik antipode ini dinilai sah. 

Antipode Ka’bah terletak di Kota Tapuarava, Polinesia, Prancis
Gambar: Antipode Ka’bah terletak di Kota Tapuarava, Polinesia, Prancis

Selain itu, Sahabat juga dapat salat ke segala arah jika Sahabat menunaikan salat di dalam Ka’bah. Menurut mazhab Syafi’i, orang yang salat di dalam Ka’bah dapat menghadap pintu atau dinding Ka’bah sebagai arah kiblat baginya.

Kondisi yang Membolehkan Salat Tak Menghadap Ka’bah

Namun, ada beberapa kondisi dimana syarat salat menghadap arah kiblat menjadi gugur, yaitu:

Arah kiblat salat saat seseorang berada dalam perjalanan
Gambar: Arah kiblat salat saat seseorang berada dalam perjalanan

Baca Juga: Umroh Musim Dingin, Apa Saja yang Perlu Disiapkan?

  • Saat seseorang sakit dan ia tidak mampu mengarahkan wajah dan badannya ke arah kiblat
  • Saat seseorang dalam peperangan atau kondisi yang membahayakan (seperti melarikan diri dari binatang buas atau musibah banjir/tsunami), maka ia dapat menunaikan salat ke mana pun wajahnya menghadap
  • Saat seseorang berada dalam perjalanan, seperti di pesawat, kapal, atau mobil dan tidak menemukan tempat yang memungkinkan untuk salat, maka ia boleh salat mengikuti arah kendaraan melaju

Nah, itulah penjelasan tentang arah kiblat ya, Sahabat! Semoga kita dapat menentukan arah kiblat yang tepat untuk salat di mana pun kita berada.

Pendapatan Arab Saudi dari Haji dan Umroh Hingga 450 Triliun, Gak Nyangka!

Arab Saudi merupakan negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia. Di sisi lain, Arab Saudi juga meraup penghasilan yang besar dari ibadah haji dan umroh yang selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Bahkan, nilai kekayaan Arab Saudi yang diperoleh dari pelaksanaan haji mencapai 450 triliun per tahunnya!

Sumber pendapatan dan kekayaan Arab Saudi dari haji dan umroh
Gambar: Sumber pendapatan dan kekayaan Arab Saudi dari haji dan umroh

Sumber Pendapatan Terbesar Negara Arab Saudi

Saat ini, pendapatan Arab Saudi memang masih didominasi dan berasal dari penjualan minyak dan gas bumi. Namun, sejak pandemi, harga minyak bumi mengalami penurunan drastis. Arab Saudi pun menyadari risiko bahwa minyak bumi bisa saja habis.

Minyak bumi sebagai sumber pendapatan terbesar negara Arab Saudi
Gambar: Minyak bumi sebagai sumber pendapatan terbesar negara Arab Saudi

Tak dapat dimungkiri, ekonomi Arab Saudi juga bergantung pada pelaksanaan haji dan umroh. Tak seperti sektor energi, di bidang haji dan umroh, Arab Saudi tak perlu khawatir dengan persaingan.

Pendapatan Arab Saudi dari Haji dan Umroh

Menurut Global Destination Cities Index tahun 2018, Mekah memperoleh pendapatan hingga 20 miliar riyal atau sekitar Rp 300 triliun rupiah. Besaran pendapatan ini tertinggi kedua setelah Dubai. Sebelum pandemi, pendapatan haji diperkirakan rata-rata 30 miliar USD atau Rp 450 triliun per tahun.

Baca Juga: Hotel Madinah Taiba Front Cuma 10 Langkah ke Masjid Nabawi!

Pendapatan ini diperkirakan terus meningkat. Apalagi sejak pemerintah Arab Saudi sudah memberlakukan kuota jemaah haji di tahun 2023 menjadi 100 persen.

Besarnya pendapatan Arab Saudi ini membuat cadangan devisa naik menjadi 447.4 USD atau setara Rp 6.881 triliun pada akhir November 2022. Dengan angka ini, Arab Saudi masuk dalam daftar 10 negara dengan cadangan devisa terbesar di dunia.

Haji dan Umroh Jadi Sumber Cuan Arab Saudi

Bagaimana tidak, Arab Saudi mampu memperoleh penghasilan yang besar dari pelaksanaan haji karena biaya haji juga tak bisa terbilang sedikit.

Biaya haji dan umroh yang menjadi salah satu sumber pendapatan Arab Saudi
Gambar: Biaya haji dan umroh yang menjadi salah satu sumber pendapatan Arab Saudi

Pada tahun 2020, untuk warga domestik (asal Arab Saudi), ibadah haji dikenakan biaya Rp 14 juta hingga Rp 22 juta untuk kelas ekonomi dan senilai Rp 27 juta hingga Rp 62 juta untuk kelas premium.

Sementara untuk jemaah haji internasional, ibadah haji dikenakan biaya Rp 90 juta untuk kelas ekonomi dan Rp 195 juta untuk kelas premium. Biaya ini adalah biaya mentah, yang belum disubsidi oleh pemerintah Indonesia.

Perbedaan antara kelas ekonomi dan premium ini adalah kelas hotel, kualitas akomodasi tenda di Mina dan Muzdalifah, makanan, transportasi, dan layanan lainnya. Jemaah yang memilih kelas premium biasanya menginap di hotel bintang lima dan dekat dari Masjidil Haram.

Baca Juga: Umroh Musim Dingin, Apa Saja yang Perlu Disiapkan?

Jumlah jemaah haji yang membludak setiap tahun
Gambar: Jumlah jemaah haji yang membludak setiap tahun

Sebelum pandemi, jumlah jemaah haji berkisar 2.5 juta orang. Sedangkan jika ditotal dengan jemaah umroh, Arab Saudi mampu mendatangkan 21 juta jemaah setiap tahunnya. Bahkan, pemerintah Arab Saudi menargetkan pada 2030 mendatang, total jemaah haji dan umroh yang datang ke Arab Saudi bisa mencapai 30 juta orang.

Bayangkan berapa banyak pendapatan yang mampu dihasilkan Arab Saudi dari pelaksanaan haji dan umroh setiap tahunnya!

Pengaruh Haji dan Umroh terhadap Sektor Bisnis

Tak hanya meningkatkan pendapatan negara, pelaksanaan haji dan umroh juga mampu menciptakan 100 ribu lapangan pekerjaan pada tahun 2022.

Adanya ibadah haji dan umroh juga menghasilkan perputaran uang yang luar biasa besar bagi sektor swasta. Mulai dari industri perhotelan, pusat perbelanjaan, industri makanan, maskapai penerbangan, dan industri pariwisata.

Sektor pariwisata negara Arab Saudi
Gambar: Sektor pariwisata negara Arab Saudi

Baca Juga: Di Antipode Ka’bah, Kamu Bisa Salat ke Segala Arah!

“Makna religius Kota Mekah dan Madinah tidak akan pernah kering. Ini adalah pondasi penting untuk membangun sektor pariwisata Arab Saudi yang lebih luas dan memasarkannya ke khalayak lokal, regional, dan internasional,” ungkap Robert Mogielnicki, salah seorang ekonom politik yang berfokus pada isu Timur Tengah dan Afrika Utara.

Meskipun sumber utama devisa Arab Saudi masih berasal dari minyak dan gas bumi, pemasukan dari ibadah haji dan umroh tak bisa diremehkan.

3 Alasan Nonmuslim Dilarang Masuk Kota Mekah dan Madinah

Pada tahun 2022 lalu, gempar berita seorang jurnalis asal Yahudi, Gil Tamary, yang menyusup masuk ke Kota Mekah, bahkan berfoto dengan bangganya di Padang Arafah. Insiden ini menuai kecaman dari warga muslim dunia, karena pemerintah Arab Saudi melarang nonmuslim apalagi orang Yahudi memasuki Kota Mekah maupun Madinah.

Bagaimana caranya ia dapat menyusup masuk Kota Mekah? Mengapa nonmuslim dilarang masuk Kota Mekah dan Madinah?

Yuk simak ulasan berikut, Sahabat!

Gil Tamary, jurnalis asal Israel yang nekat memasuki Kota Mekah
Gambar: Gil Tamary, jurnalis asal Israel yang nekat memasuki Kota Mekah

Gil Tamary, Jurnalis Israel yang Nekat Masuk Kota Mekah

Gil Tamary merupakan salah satu dari tiga jurnalis Israel yang diizinkan masuk ke Arab Saudi untuk meliput konferensi regional yang dihadiri Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Liputan itu disiarkan oleh Channel 13 News.

Tak hanya disiarkan oleh media berita, Gil Tamary juga mengunggah video liputannya yang berdurasi 10 menit di akun Twitter. Ia menyebut dirinya jurnalis Israel pertama yang memasuki Kota Mekah. Bahkan di video itu, ia terlihat mengunjungi Arafah, Jabal Rahmah, dan melewati area Masjidil Haram.

Polisi menangkap jurnalis Israel Gil Tamary karena melanggar aturan dengan memasuki Kota Mekah
Gambar: Polisi menangkap jurnalis Israel Gil Tamary karena melanggar aturan dengan memasuki Kota Mekah

Lantas bagaimana caranya ia bisa memasuki Kota Mekah yang sebenarnya dilarang oleh pemerintah Arab Saudi?

Baca Juga: Pendapatan Arab Saudi dari Haji dan Umroh Hingga 450 Triliun, Gak Nyangka!

Ternyata setelah diselidiki, Gil Tamary mengakali larangan itu dengan bantuan sopir yang beragama Islam. Sopir tersebut tidak mengetahui kalau Tamary adalah orang Yahudi. Sebab, Tamary hanya menggunakan bahasa Inggris, agar identitasnya sebagai orang Yahudi tidak ketahuan.

Klarifikasi Gil Tamary

Akhirnya video Gil Tamary menuai kecaman tajam dari banyak pihak, bahkan beritanya sampai viral di Israel. Menteri Kerjasama Regional Israel, Esawi Freij, mengaku liputan Tamary adalah tindakan bodoh dan berbahaya. Sebagai perwakilan dari Israel, ia meminta maaf kepada umat Islam di Arab Saudi.

Unggahan ucapan permintaan maaf Gil Tamary kepada umat Islam
Gambar: Unggahan ucapan permintaan maaf Gil Tamary kepada umat Islam

Didesak netizen, Gil Tamary turut angkat bicara di akun Twitter pribadinya yaitu @tamarygil. Ia meminta maaf dan menjelaskan bahwa kedatangannya ke Arab Saudi tak ada niat sedikit pun untuk menyinggung umat Islam. Tamary mengklaim videonya hanya untuk menunjukan keindahan Kota Mekah dan mengenalkannya pada dunia.

Channel 13 News sebagai media berita yang menyiarkan liputan Gil Tamary juga meminta maaf, namun tetap mempertahankan video tersebut di situs mereka.

“Kunjungan Gil Tamary ke Mekah adalah perjalanan jurnalistik penting dan tidak bermaksud menyinggung umat Islam. Kami meminta maaf bila ada yang tersinggung. Prinsip jurnalisme adalah melaporkan dan mendokumentasikan peristiwa secara langsung.”

Demikian pernyataan pihak Channel 13 News.

Baca Juga: Hotel Madinah Taiba Front Cuma 10 Langkah ke Masjid Nabawi!

Namun, hal ini tetap tidak meredam amarah dan rasa kekecewaan umat Islam. Pasalnya, tindakan Gil Tamary telah mencoreng kesucian Kota Mekah. Pihak Channel 13 News yang tidak mau menghapus videonya pun dinilai hanya mencari engagement.

Insiden Nonmuslim Nekat Masuk Kota Mekah dan Madinah

Sebelumnya di tahun 2017, seorang blogger asal Israel yaitu Ben Tzion, pernah mengambil foto dengan bangganya di Masjid Nabawi. Bahkan saat zaman penjajahan Belanda dahulu, ada mata-mata asal Belanda bernama Snouck Hurgronje, yang berkamuflase menjadi jemaah haji, agar bisa memahami pemikiran muslim dan mengalahkan Aceh dalam Perang Aceh yang sedang memanas saat itu.

Snouck Hurgronje, mata-mata asal Belanda yang berkamuflase menjadi jemaah haji
Gambar: Snouck Hurgronje, mata-mata asal Belanda yang berkamuflase menjadi jemaah haji

Snouck Hurgronje menggunakan nama samaran Abdul Ghofar. Bahkan ia juga menjalani aturan-aturan Islam, seperti disunat, shalat, dan berpuasa, meskipun dirinya tidak pernah benar-benar masuk Islam.

Mengapa Nonmuslim Dilarang Masuk?

Larangan nonmuslim memasuki Kota Mekah dan Madinah ini bukan karena diskriminasi. Namun, larangan ini bersumber dari firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 28:

“Hai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.”

Makna najis di ayat ini bukan raga atau fisiknya, melainkan keyakinan dan kesyirikannya.

Baca Juga: Umroh Musim Dingin, Apa Saja yang Perlu Disiapkan?

Gambar: Tanda larangan masuk bagi nonmuslim sebelum gerbang Kota Mekah dan Madinah
Gambar: Tanda larangan masuk bagi nonmuslim sebelum gerbang Kota Mekah dan Madinah

Larangan memasuki kota Mekah bagi nonmuslim juga untuk menjaga kekhusyukan umat Islam dalam menunaikan ibadah haji dan umroh. Jika Mekah dan Madinah menjadi area bebas masuk, kemungkinan akan terjadi kemacetan dan mengganggu kekhusyukan beribadah.

Akhirnya, pemerintah Arab Saudi melarang keras nonmuslim memasuki Kota Mekah dan sebagian kota Madinah (terutama di pusat kota dan Masjid Nabawi). Jika ada yang melanggar aturan ini, akan disanksi dengan hukuman denda, deportasi, bahkan dilarang masuk ke Arab Saudi seumur hidup.

Jika penyusup terlibat dalam organisasi teroris, hukumannya lebih berat lagi, yaitu dijatuhi hukuman mati. Seperti halnya kelompok pemberontak Juhaiman al-Utaibi yang dihukum mati karena menyerang Ka’bah dan membunuh ratusan jemaah haji tahun 1979.

Jadi, larangan ini bukan karena diskriminasi terhadap nonmuslim ya, Sahabat! Namun, semata-mata untuk menjaga kekhusyukan para jemaah haji maupun umroh yang tengah beribadah.

Rahasia Sejuknya Lantai Masjidil Haram, Terbuat Dari Marmer Termahal!

Rahasia Sejuknya Lantai Masjidil Haram, Terbuat Dari Marmer Termahal!

Melaksanakan shalat di Masjidil Haram adalah impian semua umat Islam. Apalagi sensasi kenyamanan yang dirasakan saat shalat di sekeliling Ka’bah, karena lantainya yang terasa sejuk meski di tengah cuaca terik. Sebenarnya apa rahasia di balik sejuknya lantai Masjidil Haram, meski matahari bersinar sangat terik?

Rahasia sejuknya lantai Masjidil Haram di Mekah meski di bawah cuaca terik
Gambar: Rahasia sejuknya lantai Masjidil Haram di Mekah meski di bawah cuaca terik

Kenapa Lantai Masjidil Haram Terasa Sejuk?

Reasahalharamain, sebuah lembaga yang mengurusi dua masjid kota suci, yaitu Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, mengungkapkan alasan mengapa lantai masjid terasa dingin meskipun cuaca panas. Ternyata bukan karena ada mesin pendingin atau AC di bawah lantai masjid, lho, Sahabat. Namun, sejuknya lantai Masjidil Haram karena terbuat dari marmer berkualitas tinggi.

Dikutip dari Saudi Gazette, marmer tersebut didatangkan langsung dari daerah bernama Thassos di Yunani, sehingga dinamai marmer Thassos. Sejak zaman kuno, daerah Thassos telah dikenal sebagai penghasil marmer putih berkualitas yang digunakan oleh orang Romawi untuk membangun bangunan dan monumen megah.

Gunung marmer putih di Thassos, Yunani
Gambar: Gunung marmer putih di Thassos, Yunani

Asal-Usul Lantai Masjidil Haram

Marmer Thassos memiliki kristal warna putih salju yang membuatnya berkilau jika terkena pancaran cahaya. Tak hanya digunakan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, marmer Thassos juga digunakan di Masjid Hagia Sophia, Istanbul-Turki. Masya Allah, pasti lantainya sangat indah dan cantik ya, Sahabat!

Baca Juga: Batas Usia Umroh Terbaru, Bolehkah Anak-Anak & Lansia Umroh?

Marmer Thassos berasal dari batuan alam. Batuan alam ini dapat menghambat perpindahan panas dari sinar matahari atau cuaca ekstrem. Inilah mengapa penggunaan marmer Thassos dapat membuat lantai dapat menyerap panas dan lebih sejuk.

Marmer Thassos juga dapat menyerap kelembaban di malam hari. Tak hanya itu, ketika marmer Thassos dijadikan pelapis dinding, marmer mampu meredam kebisingan suara yang berasal dari luar bangunan. 

Bongkahan marmer Thassos dari Yunani yang diolah secara khusus di Arab Saudi
Gambar: Bongkahan marmer putih di Thassos, Yunani yang dibawa dan diolah secara khusus di Arab Saudi

Khusus untuk Masjidil Haram, marmer Thassos diimpor dalam bentuk bongkahan batu langsung dari Yunani, kemudian diolah dan dibentuk secara khusus di Arab Saudi. Marmer Thassos di Masjidil Haram dipasang dalam bentuk persegi panjang yang tebalnya 5 cm. Tingkat ketebalan ini turut mempengaruhi kesejukan lantai, lho, Sahabat.

Keistimewaan Marmer Thassos

Berkat marmer Thassos, lantai Masjidil Haram tetap dingin walau suhu di Mekah bisa mencapai 50 derajat Celcius. Marmer Thassos tak hanya dipasang di area pelataran dan bagian dalam masjid, tapi juga di area tawaf, sehingga Sahabat tidak perlu berjingkat kaki karena kepanasan saat siang hari.

Baca Juga: Shalat di Masjid Quba, Pahala Setara Umroh! Ini Syarat-Syaratnya!

Karena keistimewaannya ini, marmer Thassos merupakan salah satu marmer termahal di dunia. Berdasarkan situs Alibaba, harga marmer Thassos yang langsung didatangkan dari Yunani mencapai USD 200 atau sekitar Rp 2.87 juta per meter persegi.

Proses pembangunan lantai Masjidil Haram menggunakan marmer Thassos
Gambar: Proses pembangunan lantai Masjidil Haram menggunakan marmer Thassos

Siapakah yang Membangun Lantai Masjidil Haram?

Konon diceritakan, bahwa arsitektur di balik pembangunan lantai Masjidil Haram dan Masjid Nabawi adalah Muhammad Kamal Ismaeel. Ia adalah insinyur dan arsitek Mesir, yang pernah mencetak rekor sebagai orang termuda yang dikirim ke Eropa dan mendapatkan tiga gelar doktor dalam Arsitektur Islam.

Sewaktu membeli marmer Thassos untuk Masjidil Haram, Muhammad Kamal langsung menuju Yunani. Ia membeli marmer untuk Masjidil Haram, hampir setengah dari gunung marmer yang ada di Yunani.

Kisah Unik Pembangunan Lantai Masjid Nabawi

Setelah proyek pembangunan Masjidil Haram selesai, pemerintah Arab Saudi meminta Muhammad Kamal kembali memasang marmer yang sama di Masjid Nabawi.

Baca Juga: Utsman bin Affan, Sahabat Nabi yang Hartanya Abadi

Saat Kamal kembali ke Yunani untuk menanyakan marmer yang tersisa, ternyata setengah gunung marmer sisanya telah dibeli orang lain. Perlu diketahui, marmer ini bukan material yang dihasilkan dari pabrik, melainkan terbuat dari batuan alam, jadi cukup terbatas jumlahnya.

Gunung marmer putih di Thassos, Yunani
Gambar: Gunung marmer putih di Thassos, Yunani

Muhammad Kamal pun mencari tahu siapa pembeli marmer tersebut. Akhirnya ia menemukan alamat pembelinya, yaitu sebuah perusahaan di Arab Saudi. Lalu ia mendatangi kantor perusahaan tersebut. Rupanya, semua marmer masih ada dan belum digunakan sama sekali.

Muhammad Kamal menyodorkan cek kosong dan meminta pemilik marmer menuliskan nominal yang diinginkan, berapa pun besarnya. Namun, saat pemilik perusahaan tahu marmer itu akan digunakan untuk pembangunan Masjid Nabawi, ia menolak marmernya dibeli.

Jemaah dapat melakukan tawaf di Masjidil Haram tanpa menggunakan alas kaki meski cuaca terik
Gambar: Jemaah dapat melakukan tawaf di Masjidil Haram tanpa menggunakan alas kaki meski cuaca terik

“Allah yang membuat saya membeli marmer ini. Itu artinya marmer ini memang sudah ditakdirkan Allah untuk Masjid Nabawi,” katanya. Sang pemilik marmer akhirnya menyumbangkan marmer Thassos yang dibelinya untuk pembangunan Masjid Nabawi. Masya Allah ya, Sahabat!

Hajar Aswad, Batu Surga yang Ternyata Pernah Dicuri

Hajar Aswad, Batu Surga yang Ternyata Pernah Dicuri

Hajar Aswad merupakan batu dari surga yang diturunkan ke bumi saat Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah membangun Ka’bah. Mulanya, batu ini berwarna putih, namun karena refleksi dari dosa-dosa manusia, warnanya berubah jadi hitam.

Hajar Aswad, Ka'bah
Gambar: Rukun Hajar Aswad, Ka’bah

Bentuk Batu

Banyak yang mengira, batu lonjong berwarna hitam di dalam bingkai perak inilah yang dinamakan Hajar Aswad.

Namun, tahukah Sahabat Ventour, Hajar Aswad sesungguhnya yaitu berbentuk pecahan batu warna hitam kemerahan yang direkatkan pada batu berbentuk lonjong. Bukan keseluruhan batu yang dilindungi oleh bingkai perak.

Foto Hajar Aswad
Gambar: Potret Hajar Aswad dengan resolusi tinggi

Baca Juga: Umroh Ramadhan, Lakukan 6 Tips Ini Agar Ibadah Maksimal!

Sejarah Batu Surga yang Pernah Dicuri

Mulanya, batu surga ini berbentuk layaknya batu utuh. Namun, karena berbagai insiden yang menimpa selama sejarahnya, batu itu kini terpecah menjadi delapan bagian dengan ukuran yang berbeda-beda. Batu ini sempat dicuri dari Ka’bah pada tahun 930 M oleh kaum Qaramitah, salah satu kelompok Muslim Syiah di Arab Timur.

Aksi pencurian ini dipimpin oleh Abu Tahir Al-Qarmuthi dan disertai dengan pembantaian 30.000 jamaah haji yang sedang berada di Masjidil Haram. Hajar Aswad dibawa kabur oleh Abu Tahir ke masjid miliknya, Masjid Al-Dirar di Bahrain. Ternyata alasan ia mencuri batu tersebut karena ia ingin mengalihkan ibadah haji dari Masjidil Haram ke masjidnya. Innalillahi, ini termasuk ajaran sesat ya, Sahabat Ventour!

Sejarah Hajar Aswad
Gambar: Hajar Aswad zaman dahulu

Batu surga ini hilang dari Kabah selama 23 tahun, sebelum akhirnya dikembalikan pada tahun 953 M. Menurut sejarawan, kaum Qaramitah sempat meminta tebusan kepada Bani Abbasiyah apabila batu tersebut ingin dikembalikan. Akhirnya kaum Qaramitah mengembalikan batu tersebut dengan cara dilempar, sehingga batu ini pecah menjadi beberapa bagian.

Benarkah Ada Hajar Aswad di Turki?

Pecahan batu surga ini diisukan tersebar di Turki. Pecahan ini dipercaya dipindahkan pada masa pemerintahan Kesultanan Turki Utsmani oleh Sultan Sulaiman. Pada masa itu, Kesultanan Turki Utsmani memang menguasai wilayah Arab Saudi dan banyak menyimpan peninggalan sejarah Islam.

Pecahan yang diduga batu surga dan berada di Turki ini berjumlah enam buah. Yang pertama dipajang di mihrab Masjid Biru, satunya lagi terletak di atas pintu masuk makam Sulaiman Agung, dan empat pecahan sisanya terdapat di Masjid Sokullu Mehmet Pasa (satu di atas mihrab, satu di bawah mimbar bawah, satu lagi di atas mimbar atas, dan terakhir di pintu masuk). 

Baca Juga: Penting! Inilah 10 Perlengkapan Umroh yang Wajib Dibawa

Namun, keaslian pecahan batu ini masih dipertanyakan, karena belum ada bukti-bukti yang menguatkan. 

Kepingan batu yang diduga Hajar Aswad di pintu masuk makam Sulaiman Agung
Gambar: Kepingan Hajar Aswad di atas pintu masuk makam Sulaiman Agung

Keutamaan Mencium dan Mengusap Hajar Aswad

Dijuluki batu mulia dari surga, pada saat ibadah umroh maupun haji, Sahabat Ventour disyariatkan untuk mencium serta mengusapkan tangan pada Hajar Aswad.

Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah Saw.:

  مَنْ فَاوَضَهُ، فَإِنَّمَا يُفَاوِضُ يَدَ الرَّحْمَنِ 

“Barangsiapa bersalaman dengannya (Hajar Aswad), seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah yang Maha Pengasih.” (H.R. Ibnu Mâjah) 

Maqam Ibrahim Ternyata Bukan Kuburan, Inilah Sejarah dan Keutamaannya!

Maqam Ibrahim Ternyata Bukan Kuburan, Inilah Sejarah dan Keutamaannya!

Banyak yang salah kaprah menganggap Maqam Ibrahim di Masjidil Haram adalah kuburan. Namun, ternyata bangunan ini adalah batu tempat berdirinya Nabi Ibrahim saat membangun dan meninggikan Ka’bah. Maqam dalam bahasa Arab artinya tempat berpijaknya dua kaki, berdiri, atau bangun.

Letak Maqam Ibrahim
Gambar: Maqam Ibrahim yang terletak 10-11 dari arah timur Ka’bah

Sejarah

Banyak yang meyakini, batu yang dipijak oleh Nabi Ibrahim adalah batu keramat yang diturunkan dari surga bersamaan dengan Hajar Aswad. Batu ini kemudian diambil oleh Nabi Ismail dan diberikan pada ayahnya, Nabi Ibrahim, sebagai tempat berpijak saat meninggikan Ka’bah.

Bentuk dan Letak Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim terletak dan berjarak 10 hingga 11 meter dari timur Ka’bah. Dilansir dari Saudi Gazette, Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci merilis foto jejak kaki Nabi Ibrahim dengan kualitas 49.000 piksel.

Foto jejak kaki Nabi Ibrahim
Gambar: Foto jarak dekat jejak kaki Nabi Ibrahim

Batu bekas jejak Nabi Ibrahim berwarna perunggu, agak kehitam-hitaman. Bentuk batunya bujur sangkar dengan panjang 40 sentimeter dan lebar serta tinggi sekitar 20 sentimeter.

Baca Juga: Le Meridien Tower: Inilah Hotel Bintang 5 Terfavorit di Mekah!

Jejak kaki Nabi Ibrahim berada di tengah-tengah batu. Panjang telapak kaki pada permukaan batu adalah 27 sentimeter dan lebarnya 14 sentimeter, dengan kedalaman jejak kaki sekitar 9-10 sentimeter.

Relokasi dan Renovasi

Menurut sejarah, bentuk bangunan yang melindungi batu jejak kaki Nabi Ibrahim ini terus mengalami perubahan. Mulanya, batu ini terletak menempel di dinding Ka’bah. Bangunan tersebut membuat area tawaf menjadi semakin sempit, seiring dengan peningkatan jumlah jamaah setiap tahunnya.

Letak Maqam Ibrahim
Gambar: Proses tawaf mengelilingi Ka’bah

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, akhirnya batu jejak Nabi Ibrahim ini digeser mundur agar jamaah lebih leluasa saat melakukan tawaf.

Pada 1967, bangunan pelindung batu jejak Nabi Ibrahim diubah menjadi kotak kaca kristal, yang dilapisi emas dan perak. Bagian luarnya juga dilapisi kaca bening setebal 10 sentimeter yang tahan terhadap panas dan antipecah seperti saat ini.

Bangunan kaca pelindung Maqam Ibrahim
Gambar: Maqam Ibrahim yang dilindungi dengan bangunan kaca berlapis emas dan perak

Baca Juga: Hajar Aswad, Batu Surga yang Ternyata Pernah Dicuri

Keutamaan Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim juga memiliki keutamaan yaitu sebagai tempat shalat sunnah setelah menunaikan tawaf dan sebelum menuju bukit Safa-Marwah. Dalam hadits riwayat Bukhari, Umar bin Khattab pernah berkata:

“Saya bertanya pada Rasulullah, “Maukah engkau jadikan batu tempat berdirinya Nabi Ibrahim sebagai tempat untuk mengerjakan shalat?”

Maka turunlah firman Allah surah Al-Baqarah ayat 125, “Dijadikanlah sebagian Maqam Ibrahim itu sebagai tempat shalat.”

Namun, saat musim haji, tentu bukan perkara mudah untuk bisa shalat sunah tepat di area ini. Area ini dijaga ketat oleh petugas karena di tempat itu sangat padat orang yang ingin melakukan shalat sunnah.

Petugas juga mengingatkan jamaah agar tidak mengusap-usap dan berdoa di Maqam Ibrahim karena dikhawatirkan mengandung penyembahan dan penghormatan yang berlebihan.

Cara Mudah Masuk Raudhah dengan Aplikasi Nusuk dan Tasreh

Cara Mudah Masuk Raudhah dengan Aplikasi Nusuk dan Tasreh

Raudhah, salah satu area di dalam Masjid Nabawi yang dipercaya sebagai tempat yang mustajab untuk memanjatkan doa. Jemaah umroh maupun haji berbondong-bondong memasuki dan beribadah di Raudhah. Namun, untuk masuk ke Raudhah, Sahabat perlu surat izin khusus (tasreh) atau masuk melalui aplikasi Nusuk (Eatmarna).

Cara mudah masuk Raudhah Masjid Nabawi dengan tasreh dan aplikasi Nusuk
Gambar: Cara mudah masuk Raudhah Masjid Nabawi dengan tasreh dan aplikasi Nusuk

Lantas, bagaimana cara mendapatkan tasreh? Jika tidak mendapatkan tasreh dari travel umroh, bagaimana cara menggunakan aplikasi Nusuk sebagai syarat masuk Raudhah?

Yuk simak informasi berikut, Sahabat!

Keutamaan Raudhah di Masjid Nabawi

Seperti yang kita ketahui, Raudhah merupakan area di dalam Masjid Nabawi yang terletak di antara rumah Rasulullah Saw (yang kini menjadi makam beliau) dan mimbar yang beliau gunakan untuk berdakwah. Raudhah ditandai dengan pilar-pilar megah berwarna putih dan karpet hijau.

Di tempat ini, dahulu Rasulullah Saw. sering duduk-duduk untuk membacakan wahyu dari Allah Swt. dan mengajarkannya kepada para sahabat. Rasulullah juga menyebut Raudhah sebagai taman surga dan area yang mustajab untuk berdoa.

Rasulullah Saw. bersabda: “Satu sholat di Masjid Nabawi lebih baik daripada seribu sholat di tempat lain, kecuali di Masjidil Haram.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Area Raudhah di Masjid Nabawi dengan pilar megah berwarna putih dan karpet hijau
Gambar: Area Raudhah di Masjid Nabawi dengan pilar megah berwarna putih dan karpet hijau

Karena keistimewaannya ini, jemaah yang masuk ke Raudhah dianjurkan untuk memperbanyak zikir, membaca Al-Qur’an, dan shalat sunnah. Namun, untuk memasuki Raudhah ternyata tak semudah kelihatannya. Realitanya, Sahabat harus mengantre atau mungkin berdesak-desakan dengan jemaah lain.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Oleh-Oleh Umroh, Murah Meriah & Bermanfaat!

Cara Masuk ke Raudhah dengan Tasreh

Untuk memasuki area Raudhah dan makam Rasulullah Saw., Sahabat memerlukan surat izin khusus atau tasreh. Surat tasreh berisi keterangan tentang jumlah jemaah dalam rombongan, waktu masuk (tanggal dan jam), nomor pintu masuk, nomor gerbang masuk, serta daftar nama dan nomor paspor jemaah.

Tasreh ini dikeluarkan oleh Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi. Biasanya surat tasreh ini sudah diurus oleh pihak travel umroh melalui muassasah dan disimpan oleh Tour Leader atau muthawif. Ada kalanya kuota tasreh ini terbatas karena membludaknya jemaah yang ingin masuk ke dalam Raudhah.

Jemaah yang tengah beribadah di dalam Raudhah, Masjid Nabawi
Gambar: Jemaah yang tengah beribadah di dalam Raudhah, Masjid Nabawi

Cara Masuk ke Raudhah dengan Aplikasi Nusuk

Namun, Sahabat tidak perlu khawatir. Jika tidak memiliki tasreh, Sahabat tetap bisa masuk ke dalam Raudhah dengan mengajukan izin melalui aplikasi Nusuk (Eatmarna). Nusuk adalah aplikasi yang disediakan Kerajaan Arab Saudi, sehingga Sahabat dapat masuk ke Raudhah secara mandiri dan tanpa harus ada tasreh.

Baca Juga: Cara Mudah Membuat Paspor Secara Online untuk Umroh

Cara Install dan Menggunakan Aplikasi Nusuk

Nah, untuk masuk ke area Raudhah melalui aplikasi Nusuk, yuk ikuti langkah-langkah berikut!

Panduan menggunakan aplikasi Nusuk untuk masuk ke Raudhah Masjid Nabawi
Gambar: Panduan menggunakan aplikasi Nusuk untuk masuk ke Raudhah Masjid Nabawi
  1. Install aplikasi “Nusuk (Eatmarna Previously)” melalui PlayStore atau AppStore
  2. Atur bahasa untuk aplikasinya, pilih Bahasa Inggris
  3. Selanjutnya pilih “New User”, kemudian pilih “Visitor”
  4. Isi data diri Sahabat, mulai dari nomor visa, nomor paspor, tanggal lahir, kebangsaan, nomor telepon, e-mail, dan password
  5. Masukkan kode verifikasi OTP 4 digit yang dikirim melalui e-mail
  6. Nah, barulah Sahabat berhasil login ke aplikasi Nusuk, lalu pilihlah bagian “Prophet’s Mosque Services”
  7. Pilih registrasi “Praying in Noble Rawda – Men/Women”
  8. Pilih tanggal dan jam/waktu yang diinginkan
  9. Lalu pilih “Issuing Permit” dan akan muncul QR code
  10. Nah, selesai! Sahabat tinggal datang di hari H sesuai pintu masuk dan jadwal yang tertera
  11. Terakhir, pindai atau scan QR code pada pintu masuk

Tips Lolos Masuk Raudhah dengan Mudah

Nah, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, jumlah jemaah yang ingin masuk ke dalam Raudhah ini sangat membludak. Maka dari itu, untuk masuk ke dalam Raudhah, Sahabat hanya dapat berkunjung di waktu-waktu tertentu yang sudah dijadwalkan.

Gerbang masuk Masjid Nabawi di Madinah
Gambar: Gerbang masuk Masjid Nabawi di Madinah

Selain itu, Sahabat juga perlu memerhatikan tips-tips berikut saat ingin memasuki area Raudhah.

Masuk Sesuai Jadwal di Tasreh atau Aplikasi Nusuk

Jadwal kunjungan Raudhah antara jemaah laki-laki dan perempuan berbeda. Untuk itu, ikuti jadwal yang telah ditetapkan ya, Sahabat!

Baca Juga: Inilah Perbedaan Paspor Umroh 24 Halaman dan 48 Halaman!

Jadwal ziarah Raudhah bagi jemaah laki-laki

  • Pagi : pukul 11.00 Waktu Arab Saudi s.d. shalat Isya
  • Malam : pukul 00.30 Waktu Arab Saudi s.d. shalat Subuh.

Jadwal ziarah Raudhah bagi jemaah perempuan

  • Pagi : waktu shalat Subuh s.d. pukul 11.00 Waktu Arab Saudi
  • Malam : waktu shalat Isya s.d. pukul 00.00 Waktu Arab Saudi

Jangan Terpisah dari Rombongan

Untuk masuk ke Raudhah, sebaiknya dilakukan bersama rombongan. Sahabat akan dibimbing oleh muthawif dan muthawifah, sehingga Sahabat bisa mendapatkan arahan dan tidak akan tersesat saat di dalam Raudhah.

Suasana di dalam Raudhah Masjid Nabawi
Gambar: Suasana di dalam Raudhah Masjid Nabawi

Tetap Sabar

Saat masuk ke Raudhah, memang kondisinya akan berdesak-desakan dengan jemaah lainnya. Usahakan agar Sahabat tidak mendorong-dorong atau bahkan menyakiti jemaah lain.

Jika memang kondisinya tidak memungkinkan untuk masuk ke Raudhah karena jumlah jemaah yang membludak atau karena tidak mendapatkan izin, usahakan kita berlapang dada menerima situasi ini. Hal seperti ini sudah di luar dari kontrol kita. Sahabat tetap akan mendapatkan pahala yang sama ketika shalat di area Masjid Nabawi yang lain, meski bukan di dalam Raudhah.

Itulah dua cara mudah untuk masuk ke area Raudhah, yaitu dengan menggunakan surat izin tasreh dan melalui aplikasi Nusuk. Semoga Allah memudahkan langkah Sahabat untuk bisa berkunjung dan beribadah di Masjid Suci Nabawi.

Sejarah Kelam Ka’bah Diterjang Banjir Besar, Apa Penyebabnya?

Sejarah Kelam Ka’bah Diterjang Banjir Besar, Apa Penyebabnya?

Pada 24 November 2022, tercatat banjir bandang di Kota Jeddah hingga menewaskan dua orang. Ternyata banjir bukan hanya pernah terjadi di Mekah, tapi juga pernah merendam Ka’bah di Masjidil Haram. Padahal Arab Saudi adalah daerah yang tandus dan kering, namun kenapa bisa dilanda banjir parah? Apa penyebabnya?

Yuk simak ulasannya berikut, Sahabat!

Banjir yang merendam Ka’bah pada tahun 1941
Gambar: Banjir yang merendam Ka’bah pada tahun 1941

Sejarah Banjir Menerjang Ka’bah

Sebelum diangkat menjadi nabi, banjir besar pernah melanda Ka’bah saat Nabi Muhammad berusia 35 tahun. Banjir menyebabkan dinding Ka’bah retak. Kaum Quraisy khawatir sewaktu-waktu Ka’bah bisa roboh, sehingga Ka’bah harus segera direnovasi.

Maka Ka’bah yang semula tingginya 4.5 meter dirobohkan dan diganti bangunan baru yang lebih tinggi yaitu sekitar 11 meter. Pintu Ka’bah ditinggikan dua meter agar tidak mudah dimasuki, kecuali oleh orang-orang tertentu. Pintu Ka’bah yang tadinya dua, lalu satunya ditutup hingga tersisa satu saja.

Baca Juga: Tragedi Duka Terbesar di Terowongan Mina, Ribuan Jemaah Haji Tewas!

Namun, ketika akan meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempat semula, terjadi perselisihan. Masing-masing suku mengklaim lebih berhak untuk meletakkan Hajar Aswad. Untunglah ada usul seorang kepala Bani Makhzum, yaitu Abu Umayah ibnul Mughirah al-Makhzumi, untuk mengatasi perselisihan itu.

Abu Umayah mengusulkan, yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram. Ternyata yang pertama memasuki masjid adalah Nabi Muhammad. Keempat suku tersebut akhirnya setuju jika Nabi Muhammad-lah yang meletakkan Hajar Aswad, karena mereka percaya Nabi Muhammad merupakan sosok yang terpercaya.

Ilustrasi peletakkan Hajar Aswad oleh keempat perwakilan suku di Mekah
Gambar: Ilustrasi peletakkan Hajar Aswad oleh keempat perwakilan suku di Mekah

Namun, Nabi Muhammad meminta dibentangkan sehelai kain. Lalu Hajar Aswad diletakkan di atas kain tersebut. Nabi Muhammad meminta perwakilan keempat suku untuk mengangkat masing-masing ujung kain dan meletakkan Hajar Aswad secara bersama-sama. Masya Allah ya, Sahabat! Inilah sikap kebijaksanaan dan keadilan Baginda Nabi Muhammad Saw.

Tragedi pada Masa Kekhalifahan Umar

Setelah direnovasi, ternyata banjir kembali menerjang Ka’bah saat masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Kabah kembali rusak karena komposisi Ka’bah masih berupa batu-batuan yang direkatkan oleh tanah dan lumpur. Untuk mencegah banjir yang lebih parah, Khalifah Umar bin Khattab membangun bendungan di sebagian lembah yang rawan banjir, seperti Lembah Fathimah.

Tragedi pada Masa Turki Utsmani

Namun pada masa kesultanan Turki Utsmani tahun 1630, terjadi hujan deras yang dimulai dari jam dua pagi dan bertambah dahsyat derasnya waktu Zuhur dan Asar, hingga menyebabkan banjir besar di Kota Mekah.

Banjir memasuki area Masjidil Haram hingga airnya mencapai pengikat lampur di Ka’bah. Ka’bah sisi dinding Syami roboh total, sebagian dinding sebelah Timur dan Barat pun ikut roboh. Diperkirakan korban yang meninggal akibat musibah banjir ini sebanyak 500-1000 orang. Akhirnya Ka’bah pun kembali direnovasi.

Baca Juga: Asal-Usul Gelar Haji, Ternyata Taktik Licik & Warisan Belanda!

Tragedi Banjir Ka’bah Tahun 1941

Setelah itu, banjir tidak terjadi lagi hingga tahun 1941. Tahun itu merupakan masa terburuk karena banjir merendam Ka’bah hingga ketinggian hampir setengah bangunan. Banjir ini disebabkan hujan deras yang mengguyur kota Mekah selama sepekan penuh. Air pun meluap dan membuat aktivitas di Mekah lumpuh total.

Pada musibah banjir tahun 1941 inilah, beredar sebuah foto seorang anak muda yang berenang mengelilingi Ka’bah untuk tawaf. Ternyata sosok tersebut adalah Syekh Ali Ahmad al-Iwadhi saat muda, yaitu apoteker terkemuka dari Bahrain.

Syekh Ali Ahmad al-Iwadhi saat muda yang melakukan tawaf dengan cara berenang
Gambar: Syekh Ali Ahmad al-Iwadhi saat muda yang melakukan tawaf dengan cara berenang

Ka’bah yang terendam banjir tak mematikan semangatnya untuk beribadah, termasuk melakukan tawaf. Ia bersama saudara dan satu temannya berenang mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran.

Tawaf di kala banjir yang dilakukan Syekh Ali Ahmad ini bukan yang pertama kalinya. Salah satu sahabat nabi yang dikenal sebagai sosok yang taat, yaitu Abdullah bin Zubair, ternyata pernah tawaf sambil berenang, karena waktu itu Ka’bah dilanda banjir.

Banyak kesaksian para tokoh yang mengatakan, “Sesulit apapun kondisi untuk beribadah, Abdullah bin Zubair selalu tetap melaksanakannya. Ka’bah pernah direndam banjir, namun ia tetap melakukan tawaf dengan cara berenang.”

Untuk mengurangi risiko banjir yang semakin parah, pemerintah Arab Saudi melakukan renovasi drainase di sekitar Masjidil Haram. Hasilnya, hujan deras sempat menerjang Mekah, terutama pada musim dingin, namun tidak menimbulkan luapan air di kawasan Masjidil Haram.

Baca Juga: Le Meridien Tower: Hotel Bintang 5 Paling Favorit di Mekah!

Penyebab Banjir di Mekah

Penyebab banjir di Mekah ini bukan hanya dari curah hujan yang tinggi, tapi juga karena letak geografis, struktur tanah, dan sistem drainase di Kota Mekah. Mekah berada di antara bukit dan termasuk dataran rendah yang letaknya di dalam cekungan. Struktur tanah Kota Mekah yang terdiri dari pasir dan batu-batuan juga mengakibatkan air sulit terserap.

Sangat jarang ditemukan drainase atau saluran air yang ada di Kota Mekah dan sekitarnya, sehingga mudah banjir meskipun hanya hujan sebentar. Warga Kota Mekah juga sempat mengeluhkan infrastruktur yang buruk sebagai penyebab terjadinya banjir di Jeddah tahun 2022.

Hujan deras yang terjadi di kawasan Masjidil Haram
Gambar: Hujan deras yang terjadi di kawasan Masjidil Haram

Banjir ini juga bisa disebabkan karena Arab Saudi tidak memiliki sungai yang mengalirkan air langsung ke laut. Hanya ada oase-oase dimana Arab Saudi bisa memenuhi kebutuhan air penduduknya, selain dari desalinasi air laut.

Dari musibah ini, Sahabat bisa mengambil hikmah dan pelajaran, bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi. Allah mengajarkan kita bagaimana untuk bersikap menjaga rumah suci-Nya. Daripada menghujat takdir, setiap kali terjadi hujan, alangkah baiknya kita memohonkan doa, seperti yang dilakukan Nabi Muhammad saat hujan:

اَللَّهُمَّ صَيِّبًا هَنِيًّا وَسَيِّبًا نَافِعًا

“Ya Allah, jadikan ini hujan hujan yang membawa manfaat.” (H.R. Bukhari)

Itulah sejarah musibah banjir yang pernah terjadi di Ka’bah. Semoga Sahabat dapat mengambil hikmah dan lebih lapang dada dalam menghadapi apapun takdir Allah, termasuk nikmat hujan saat beribadah di Tanah Suci.