Kementerian Agama akan kembali menerapkan kebijakan murur dan tanazul secara terstruktur pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1446 H/2025 M. Kebijakan ini diambil sebagai upaya untuk mengurangi kepadatan yang terjadi pada puncak pelaksanaan haji, terutama di dua tempat penting, yaitu Muzdalifah dan Mina, di mana ribuan bahkan jutaan jamaah berkumpul dalam waktu yang bersamaan.
Tahun lalu, jemaah haji yang masuk program murur adalah mereka yang masuk kategori lanjut usia (lansia), berisiko tinggi (risti), pengguna kursi roda dan jemaah pendamping.
Sedangkan istilah tanazul sering digunakan untuk menyebut jemaah yang proses kepulangannya tidak berbarengan dengan rombongannya, bisa pulang lebih awal (tanazul dini) atau lebih akhir.
Prediksi Jumlah Jemaah Haji yang Ikut Program Murur Meningkat di 2025
“Insya Allah tahun 2025 murur akan kita berlakukan kembali dengan jumlah yang lebih banyak,”
ungkap Direktur Bina Haji, Arsad Hidayat, saat menghadiri kegiatan Jamarah (Jagong Masalah Haji dan Umrah) Angkatan I yang diadakan oleh Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur di Pasuruan, Jum’at (13/9/2024).
Arsad memprediksi bahwa jumlah jemaah haji yang mengikuti program murur (melintas di Muzdalifah) akan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya.
“Pemerintah Saudi sangat setuju dengan program murur dan awalnya mereka meminta 120 ribu atau 50% dari seluruh jemaah haji Indonesia ikut murur saja, tapi kita kan butuh waktu yang panjang untuk diskusi siapa yang berhak untuk melakukan murur dan itu tidak mudah,” Jelasnya, “Setelah mendapatkan persetujuan dari para ulama dan ormas Islam seperti PBNU, PP Muhammadiyah, dan Persis, baru kita mururkan jemaah dengan kriteria tersebut, ditambah pendampingnya, karena jemaah yang fisiknya kuat juga diperlukan untuk mobilisasi jemaah yang murur,” tambah Arsad.
Kebijakan Tanazul di Mina Merupakan Solusi Atasi Keterbatasan Ruang
Saat di Mina, area yang ditempati oleh para jemaah haji bisa dikatakan sudah mencapai batas masyaqqah (kesulitan). Dengan kuota haji normal Indonesia yang mencapai 221.000 jemaah, luas area yang tersedia di Mina hanya sekitar 0,8 meter persegi per orang.
“Mina itu sempit, apalagi jika ada tambahan kuota. Solusinya tidak ada yang lain, yaitu sebagian jemaah harus kita tanazulkan,” tegas Arsad.
Ia juga menjelaskan bahwa kebijakan tanazul akan diterapkan bagi jemaah yang tinggal di wilayah Raudhah dan Syisyah. “Jadi bagi mereka yang tinggal di Raudhah dan Syisyah, tidak menginap di tenda Mina melainkan langsung pulang ke hotel,” terang Arsad lagi.
Karena itu, Arsad berharap data jumlah jemaah yang mengikuti program tanazul bisa segera dipercepat. Data ini sangat penting untuk keperluan kontrak layanan jemaah saat puncak haji dengan pihak Arab Saudi.
“Pada Februari data ini diharapkan sudah terkumpul karena tanggal 25 Februari adalah deadline terakhir kontrak layanan dengan pihak Arab Saudi, termasuk pembelian makan di Mina dan terkait kebutuhan konsumsi jemaah yang tanazul di hotel,” tandas Arsad.
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi telah membagikan beberapa tips penting yang bisa sahabat ikuti untuk menghindari keramaian serta memastikan ibadah umrah di Masjidil Haram berjalan dengan nyaman.
Salah satu imbauannya adalah agar sahabat memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang biasanya tidak terlalu ramai, sehingga sahabat bisa beribadah dengan lebih khusyuk dan tenang. Untuk memudahkan hal tersebut, sahabat dapat menggunakan aplikasi Nusuk yang telah dilengkapi dengan indikator warna. Indikator ini akan membantu sahabat mengetahui tingkat kepadatan di Masjidil Haram, sehingga sahabat bisa memilih waktu yang tepat untuk melaksanakan ibadah umrah tanpa harus berdesakan.
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi Perkenalkan Indikator Warna di Aplikasi Nusuk
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi baru-baru ini menjelaskan melalui platform media sosial X bahwa aplikasi #Nusuk menggunakan kode warna untuk membantu sahabat memilih waktu yang paling optimal untuk menunaikan ibadah umrah. Dalam unggahannya yang dikutip pada Senin (30/9/2024), mereka menuliskan, “Gunakan indikator warna untuk memilih momen yang ideal.”
Nusuk merupakan platform resmi dari otoritas Arab Saudi yang dirancang khusus untuk pelayanan ibadah haji dan umrah. Melalui Nusuk, sahabat bisa mendapatkan berbagai izin penting, seperti izin umrah, tawaf, hingga masuk ke Raudhah. Informasi lengkap tentang hal ini dapat sahabat temukan di situs resmi Nusuk.
Selain itu, Nusuk juga menyediakan berbagai informasi bermanfaat untuk memudahkan sahabat selama menjalankan ibadah, salah satunya adalah indikator warna yang menunjukkan tingkat keramaian di Dua Masjid Suci. Terdapat tiga kode warna yang digunakan pada indikator Nusuk: hijau untuk menunjukkan kerumunan ringan, kuning untuk kerumunan sedang, dan merah untuk kerumunan berat atau sangat padat.
Dengan menggunakan aplikasi ini, sahabat bisa lebih leluasa memilih waktu yang tepat untuk beribadah, terutama saat lampu indikator menunjukkan warna hijau yang menandakan suasana lebih lengang. Jadi, Nusuk dapat menjadi panduan sahabat dalam menentukan waktu terbaik untuk menunaikan umrah dengan lebih nyaman dan khusyuk.
Pentingnya Tiba Tepat Waktu dan Memanfaatkan Indikator Warna
Selain mengimbau penggunaan indikator warna dalam memilih waktu umrah, Kementerian Haji dan Umrah juga menekankan pentingnya bagi para jemaah untuk tiba sesuai dengan tanggal dan waktu yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan agar ibadah sahabat berjalan lebih lancar dan tertib.
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi juga memberikan beberapa tips penting yang bisa sahabat perhatikan. Pertama, ketika sahabat mengajukan izin umrah, pilihlah waktu yang tidak terlalu ramai untuk menghindari kerumunan berlebihan. Ini akan membantu sahabat menjalani ibadah dengan lebih tenang dan nyaman.
Selain itu, penting bagi sahabat untuk memastikan tiba tepat pada tanggal dan waktu yang sudah ditentukan dalam izin umrah, agar sahabat tidak menghadapi kendala atau keterlambatan di lokasi.
Salah satu cara lain untuk mempermudah sahabat adalah dengan menggunakan indikator warna yang disediakan. Warna hijau menunjukkan bahwa kerumunan cenderung ringan, kuning menandakan keramaian sedang, sementara merah berarti area tersebut sangat padat dan mungkin kurang nyaman bagi sahabat untuk melaksanakan ibadah.
Sebagai tambahan informasi, musim umrah tahun 1446 H resmi dimulai setelah berakhirnya musim haji 1445 H, di mana lebih dari 1,8 juta umat Islam berpartisipasi dalam ibadah haji. Menurut laporan dari Otoritas Umum Statistik Arab Saudi (GASTAT), jumlah total jemaah haji pada tahun 2024 tercatat mencapai 1.833.164 orang, dengan 1.611.310 jemaah berasal dari luar negeri, sedangkan 221.854 lainnya adalah jemaah domestik.
Selain itu, Arab Saudi juga mencatat rekor kunjungan umrah dari luar Kerajaan pada tahun 2023 yang mencapai 13,55 juta orang. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 58 persen dibandingkan dengan rekor sebelumnya pada tahun 2019. Peningkatan ini menjadi bukti bahwa umrah semakin diminati dan dijalani oleh umat Muslim dari berbagai penjuru dunia.
Semoga informasi ini membantu sahabat dalam merencanakan perjalanan umrah dengan lebih baik dan nyaman, sehingga ibadah sahabat dapat berjalan dengan khusyuk dan lancar!
Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), Kementerian Agama mencatat bahwa pada Operasional Haji 1445 H/2024 M, angka kematian jemaah mencapai 461 jiwa. Pemerintah terus berupaya menekan angka ini, terutama belajar dari pengalaman 2023, di mana 774 jemaah Indonesia meninggal, mayoritas dari kelompok lansia.
Dilansir dari Himpuh.or.id, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Agama (Kemenag) bertekad mencegah kejadian serupa. Fokus tahun ini adalah memastikan jemaah yang berangkat ke Tanah Suci sehat, terutama yang memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, dan jantung.
Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro Susilo, menyebutkan inovasi terbaru, yaitu Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) yang dilengkapi QR Code. “Tahun ini, kami bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Arab Saudi dan Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes, kami fasilitasi name tag jemaah haji itu di halaman belakang terdapat QR Code,” kata Liliek di Jakarta.
“QR Code itu kalau di-scan, isinya informasi tentang riwayat ringkas kesehatan jemaah haji tersebut. Ada nama, tanggal lahir, usia. Kemudian, kalau dia pernah sakit, sakitnya apa. Kalau dia sudah minum obat, obat apa yang diminum rutin. Sudah divaksinasi apa saja, punya alergi apa.”
QR Code ini mempermudah penanganan cepat jika sahabat sakit di Arab Saudi. Dengan hanya memindai kode tersebut, petugas kesehatan di sana bisa memberikan terapi yang tepat tanpa menebak-nebak. Data ini diharapkan mempercepat proses perawatan sehingga sahabat bisa segera pulih dan kembali beribadah.
“Dengan data itu, kami harapkan kalaupun ada jemaah sakit di rumah sakit Arab Saudi, QR Code di-scan sehingga nanti di sana bisa memberikan terapinya lebih tepat. Jadi, tidak menebak-nebak obat yang dikasih apa. Kalau boleh dibilang itu salah satu inovasi,” lanjut Liliek.
Pengetatan Istitha’ah dan Tambahan Asesmen
Sahabat, inovasi terbaru untuk meminimalisir kematian jemaah haji adalah dengan memperketat kriteria kesehatan atau istitha’ah. Istitha’ah adalah kemampuan fisik dan mental jemaah yang dinilai melalui pemeriksaan kesehatan.
Misalnya, jika dulu penderita gagal ginjal stadium 5 tidak boleh berangkat, kini stadium 4 juga dilarang. Begitu pula dengan penderita diabetes, kadar gula darah yang sebelumnya lebih longgar, kini harus di bawah HbA1c 8 persen untuk bisa berangkat, jelas Kapuskes Liliek.
Selain itu, ada tambahan asesmen berupa tes kognitif, mental, dan aktivitas, khususnya bagi lansia, untuk memastikan mereka mampu menjalani ibadah fisik ini.
Pada 2024, proses penentuan istitha’ah dilakukan secara komputerisasi. Sistem akan menilai setiap tahap pemeriksaan, mulai dari anamnesis (wawancara dengan dokter), hingga tes kognitif dan kemampuan aktivitas. Setiap tahap diberi nilai, dan aplikasi akan menyimpulkan apakah sahabat layak berangkat atau tidak.
Dengan sistem ini, diharapkan hasil pemeriksaan menjadi lebih objektif dan dapat memperketat seleksi, sehingga hanya jemaah yang benar-benar layak terbang yang diizinkan, tambah Liliek.
Untuk mendukung kesehatan jemaah haji lansia, telah diterapkan program ramah lansia sejak haji 2023 dan diperkuat kembali pada 2024.
Dalam program ini, petugas yang lulus, meskipun belum berangkat, terlibat dalam manasik haji. Selama manasik, kesehatan jemaah dipantau, termasuk melalui pengukuran kebugaran, untuk memastikan mereka siap secara fisik dan mental.
“Itu bentuk dari implementasi ramah lansia. Dengan kami libatkan para petugas, baik Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) maupun Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang bertugas di dalam kegiatan manasik, para petugas akan lebih dini kenal kepada jemaah yang akan berangkat,” ucap Liliek.
“Kenal lebih dini ini yang kita harapkan terjalin hubungan emosional secara pribadi.”
Sebelumnya, jemaah dan petugas kesehatan baru bertemu di embarkasi, sehingga terasa canggung, terutama bagi yang jarang bepergian jauh. Masalah kesehatan kerap muncul, seperti bingung menggunakan toilet pesawat, karena sungkan bertanya.
Liliek menekankan pentingnya edukasi jemaah untuk makan, minum, dan tidak ragu menggunakan fasilitas selama di pesawat.
Pemantauan ketat juga dilakukan di kloter, terutama bagi jemaah dengan risiko kesehatan tinggi, termasuk lansia dan mereka yang punya riwayat penyakit. “Jemaah prioritas dipantau kesehatannya minimal dua hari sekali,” katanya.
Jumlah jemaah risiko tinggi meningkat karena panjangnya antrean. Saat ini, ada 5,4 juta orang yang menunggu, sementara kuota tahunan sekitar 241.000. Waktu tunggu haji pun mencapai 24 tahun.
Persiapkan Kesehatan Jemaah Haji Sejak Dini
Untuk mempersiapkan kesehatan jemaah haji dengan lebih baik, Kapuskes Haji, Liliek Marhaendro Susilo, menjelaskan bahwa setelah musim haji 2024, persiapan kesehatan akan dimulai untuk jemaah haji yang berangkat pada 2025 dan 2026.
“Kami akan langsung jemput jemaah yang akan berangkat tahun 2025 dan 2026 untuk kita siapkan kesehatannya supaya di musim haji yang akan datang dipanggil untuk berangkat, saat diperiksa, kesehatannya sudah bagus. Kondisinya kita siapkan dulu. Mudahan-mudahan, kita sudah tahu dulu sakitnya apa, diperiksa nanti dengan metode sederhana menggunakan pemeriksaan kesehatan yang ada di Mobile JKN berupa mengisi pertanyaan, apakah ada saudaranya yang sakit, apakah orangtua sakit apa,” katanya.
Nantinya, sahabat akan mendapatkan simpulan mengenai risiko penyakit yang mungkin dihadapi. Jika memiliki risiko sedang atau tinggi, hasil pemeriksaan ini bisa ditindaklanjuti oleh BPJS Kesehatan, termasuk rujukan ke rumah sakit jika diperlukan.
Bagi yang berisiko tinggi atau sedang, terapi dapat dilakukan jauh sebelum keberangkatan haji. “Harapannya, begitu dia sembuh, kami langsung bina kebugarannya dan saat dia dipanggil untuk berangkat dan diperiksa kesehatannya, mudah-mudahan sudah istitha’ah. Kalaupun kondisinya memburuk dari awal, mereka sudah tahu lebih dulu sehingga porsinya dapat dilimpahkan ke kerabat intinya sesuai ketentuan dari Kementerian Agama,” tutup Liliek.
Pemerintah Pakistan saat ini sedang menghadapi masalah serius dengan adanya oknum yang menyalahgunakan visa umrah untuk mengirimkan pengemis ke Arab Saudi.
Masalah ini membuat Arab Saudi memberikan peringatan tegas kepada Pakistan agar segera mengambil tindakan. Dilansir dari CNBC TV18 pada Jumat (27/9/2024), peringatan dari Arab Saudi ini tidak main-main. Tren negatif ini bisa mempengaruhi keberangkatan jemaah umrah dan haji dari Pakistan jika terus berlanjut.
Dalam peringatan tersebut, Kementerian Haji dan Umrah Saudi mendesak Kementerian Agama Pakistan untuk segera bertindak menghentikan pengemis yang masuk ke Arab Saudi dengan visa umrah. Jika tidak ditangani, hal ini dikhawatirkan akan merusak hubungan bilateral antara kedua negara, terutama dalam hal ibadah umrah dan haji yang melibatkan banyak warga Pakistan.
Langkah Pemerintah Pakistan Mengatasi Penyalahgunaan Visa Umrah
Sebagai respons atas peringatan tersebut, Kementerian Agama Pakistan sedang mempersiapkan Undang-Undang Umrah yang bertujuan mengatur agen perjalanan yang memfasilitasi perjalanan umrah. Agen-agen ini akan ditempatkan di bawah pengawasan hukum yang lebih ketat untuk mencegah penyalahgunaan visa umrah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Selain itu, pemerintah Pakistan juga tengah mencari cara untuk menghentikan pengemis yang menyamar sebagai peziarah. Salah satu langkah yang diambil adalah melakukan investigasi mendalam terhadap agen perjalanan yang dicurigai terlibat dalam jaringan ini. Pengawasan lebih ketat terhadap proses pengajuan visa juga sedang direncanakan, agar hanya mereka yang benar-benar memenuhi syarat yang dapat berangkat ke Arab Saudi.
Kolaborasi Pakistan dan Arab Saudi untuk Menghentikan Jaringan Pengemis
Dalam upaya menangani masalah ini, Menteri Dalam Negeri Pakistan, Mohsin Naqvi, baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Saudi, Nawaf bin Said Ahmed Al-Malki. Pada pertemuan tersebut, Naqvi memberikan jaminan bahwa Pakistan akan mengambil tindakan tegas terhadap jaringan yang memfasilitasi pengiriman pengemis ke Arab Saudi.
Salah satu badan yang ditugaskan untuk menangani masalah ini adalah Badan Investigasi Federal (FIA), yang kini tengah bekerja untuk membongkar jaringan pengemis yang merusak reputasi Pakistan di luar negeri.
Sebagai sahabat yang peduli, kita semua tentunya menginginkan hubungan baik antara negara tetap terjaga. Dengan adanya kerja sama antara Pakistan dan Arab Saudi, diharapkan masalah ini bisa segera teratasi, dan nama baik Pakistan di dunia internasional bisa dipulihkan.
Fakta Mengejutkan Tentang Pengemis Pakistan di Arab Saudi
Pengemis asal Pakistan memang sering kali bepergian ke Timur Tengah, termasuk Arab Saudi, dengan menyamar sebagai peziarah. Sebagian besar dari mereka menggunakan visa umrah sebagai modus untuk bisa masuk ke Kerajaan dan mengemis di sana.
Sekretaris Kementerian untuk Warga Pakistan di Luar Negeri, Zeeshan Khanzada, pernah menyoroti masalah ini pada tahun lalu, di mana beberapa negara Teluk mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait perilaku negatif warga Pakistan di luar negeri. Kekhawatiran ini tidak hanya terkait dengan pengemis, tetapi juga perilaku kriminal lainnya seperti pencopetan.
Bahkan, Kementerian Warga Pakistan di Luar Negeri dan Pengembangan Sumber Daya Manusia mencatat bahwa sekitar 90 persen pengemis yang ditangkap di luar negeri berasal dari Pakistan. FIA telah mendapatkan instruksi langsung untuk memprioritaskan pemberantasan jaringan pengemis yang mengirimkan warga Pakistan ke Arab Saudi. Ini menjadi salah satu prioritas utama dalam menjaga citra baik Pakistan di kancah internasional.
Upaya Penindakan oleh FIA dan Kementerian Pakistan
Sahabat, tindakan nyata sudah mulai dilakukan oleh FIA. Baru-baru ini, 11 orang yang diduga sebagai pengemis dikeluarkan dari penerbangan menuju Arab Saudi di bandara Karachi. Setelah dilakukan pemeriksaan, mereka mengakui bahwa tujuan mereka memang untuk mengemis di Kerajaan. Ini bukan kejadian pertama. Pada bulan September tahun sebelumnya, sebanyak 16 pengemis juga berhasil dikeluarkan dari penerbangan menuju Arab Saudi karena menyamar sebagai peziarah.
Selain itu, Khanzada juga melaporkan bahwa banyak pencopet yang tertangkap di Masjidil Haram, Makkah, ternyata merupakan warga negara Pakistan. Hal ini semakin memperburuk reputasi negara di mata internasional. Oleh karena itu, pemerintah sedang giat-giatnya untuk menindak oknum-oknum ini, termasuk melakukan pengetatan terhadap agen perjalanan yang terlibat dalam kegiatan ilegal ini.
Dengan upaya bersama, diharapkan masalah ini bisa segera diatasi, dan sahabat yang berniat menjalankan ibadah umrah bisa melakukannya dengan tenang tanpa terganggu oleh oknum yang menyalahgunakan visa untuk tujuan yang tidak baik.
Kemenag dan Saudia Airlines Salurkan Asuransi Tambahan Bagi Keluarga Jemaah Haji yang Wafat
Berita datang dari Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag yang bekerja sama dengan Saudia Airlines. Mereka telah memulai penyaluran asuransi tambahan bagi keluarga jemaah haji 2024 yang telah meninggal dunia selama penerbangan. Penyaluran asuransi ini dilakukan secara bertahap.
Dilansir dari Himpuh, dalam momen yang penuh haru, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Hilman Latief, secara simbolis menyerahkan Santunan Extra Cover kepada ahli waris almarhumah Hj. Iloh Mahfudz Irsani (78 tahun) dari Ciamis, yang wafat dalam pesawat pada musim haji 1445H/2024M. Prosesi penyerahan santunan ini berlangsung di Kantor Kanwil Kemenag Jawa Barat.
Hilman menjelaskan, “Ini merupakan amanah yang sudah tertuang di UU Nomor 8 tahun 2019, jika jemaah wafat, maka jemaah akan diberikan asuransi jiwa, di manapun lokasinya, termasuk jika jemaah wafat di pesawat,” terang Hilman, Rabu (25/9/2024)
“Saat ini masih terdapat 5 jemaah haji Indonesia dirawat di Arab Saudi. Jemaah sakit yang masih menerima perawatan di Arab Saudi tidak dipungut biaya tambahan sepeser-pun sampai ke tanah air. Semoga Allah SWT memberikan kesembuhan terbaik kepada jemaah haji tersebut,” sambungnya.
Hilman Latief Sampaikan Santunan dan Saran Penting Terkait Akses Data Kesehatan Jemaah Haji
Hilman juga berbagi saran dari perwakilan Rumah Sakit di Arab Saudi, agar data riwayat kesehatan jemaah bisa diakses dengan lebih mudah. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penanganan kesehatan bagi jemaah Indonesia yang sakit saat berada di Arab Saudi.
“Untuk jemaah yang wafat saat ini atas nama Ibu Iloh Mahfudz Irsani, kami dari Kementerian Agama dan pihak Maskapai Saudia turut berduka cita. Mudah-mudahan almarhumah diterima ibadah hajinya, mendapatkan pahala surga dan dana yang diterima dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh keluarga ahli waris,” tutup Hilman dengan penuh haru.
Acara tersebut dihadiri oleh Manager Saudia untuk Indonesia, Faisal Alallah, Kasubdit Transportasi Noer Alya Fitra, perwakilan dari Direktorat Pelayanan Haji dalam Negeri, serta keluarga dari ahli waris.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi sahabat semua, dan mari kita doakan agar para jemaah selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam beribadah.
Sahabat yang sedang merencanakan perjalanan umrah atau haji, tentu menginginkan kenyamanan dan kemudahan akses ke Masjidil Haram. Salah satu pilihan hotel bintang lima terbaik yang bisa menjadi tempat menginap sahabat adalah Hotel Movenpick Mekkah.
Lokasinya sangat strategis, hanya selangkah dari Masjidil Haram, menjadikannya pilihan ideal bagi sahabat yang ingin fokus beribadah dengan nyaman.
Fasilitas Hotel Movenpick Mekkah
Hotel ini menawarkan berbagai fasilitas lengkap yang akan membuat sahabat merasa seperti di rumah sendiri. Setiap kamar dilengkapi dengan WiFi gratis, sofa mini, televisi layar datar, dan kamar mandi mewah yang sudah lengkap dengan perlengkapan mandi. Tipe kamar yang tersedia juga beragam, mulai dari triple room, double room, hingga suite room. Sahabat bisa memilih kamar sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan.
Tidak hanya itu, hotel ini juga memiliki restoran mewah dengan berbagai pilihan menu internasional, sehingga sahabat tidak perlu khawatir tentang makanan selama menginap. Pelayanan kamar 24 jam juga tersedia, memastikan sahabat mendapatkan pengalaman menginap yang penuh kenyamanan.
Kelebihan Menginap di Hotel Movenpick Mekkah
Salah satu keunggulan utama dari Hotel Movenpick Mekkah adalah lokasinya yang sangat dekat dengan Masjidil Haram. Hanya butuh beberapa menit berjalan kaki untuk sampai ke tempat ibadah yang paling suci bagi umat Islam. Hal ini tentu akan memudahkan sahabat untuk mengikuti jadwal sholat lima waktu tanpa perlu khawatir tentang jarak atau transportasi.
Selain itu, dengan pilihan kamar yang bervariasi, sahabat bisa memilih tipe kamar sesuai dengan anggaran dan kebutuhan sahabat selama di Mekkah. Hotel ini juga menyediakan layanan concierge yang siap membantu keperluan sahabat, baik itu transportasi ke tempat-tempat penting di sekitar Mekkah, maupun informasi tentang kegiatan ibadah di Masjidil Haram.
Rasakan Kenyamanan Beribadah Bersama Ventour Travel
Meskipun hotel ini sangat dekat dengan Masjidil Haram, sahabat akan merasakan kemudahan lebih saat menggunakan layanan yang disediakan oleh Ventour Travel. Ventour Travel menjadikan Hotel Movenpick Mekkah sebagai salah satu hotel andalan dalam Paket Umroh Five Star. Dengan paket ini, sahabat akan mendapatkan maskapai direct flight tanpa transit, memastikan sahabat tiba di Mekkah dengan nyaman dan cepat.
Ventour Travel memberikan pengalaman yang tak terlupakan dengan mengutamakan kenyamanan dan kemudahan bagi setiap sahabat yang ingin beribadah. Dengan fasilitas lengkap dan akses mudah ke Masjidil Haram, Insya Allah, ibadah umrah sahabat akan menjadi lebih nyaman dan khusyuk.
Jadi, untuk sahabat yang menginginkan kemudahan dan kenyamanan selama beribadah, Hotel Movenpick Mekkah adalah pilihan yang tepat. Sahabat bisa melihat review hotel Movenpick di Youtube Ventour Travel.
Insiden Kotoran di Area Tawaf, Aksi Cepat Jemaah Cegah Situasi Memburuk
Baru-baru ini, sebuah video viral di media sosial memperlihatkan pemandangan yang mengejutkan, yakni kotoran manusia yang berserakan di area tawaf, Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi.
Video tersebut diunggah oleh akun Instagram @syarifahnatsir. Dalam videonya, kotoran itu semakin tersebar luas karena terinjak oleh kerumunan jemaah yang sedang tawaf mengelilingi Ka’bah.
Sahabat, pemilik akun ini membagikan pengalamannya saat sedang melaksanakan ibadah umroh pada Kamis, 15 Agustus 2024. Ia mengaku langsung melaporkan kejadian tersebut kepada petugas setempat. Namun, dibutuhkan beberapa waktu sampai petugas kebersihan tiba di lokasi.
Sambil menunggu, seorang pria berbadan tegap dengan sigap mengambil inisiatif untuk menjaga area tersebut. Ia berdiri di tengah-tengah area tawaf dan berusaha mencegah jemaah lain menginjak kotoran tersebut. Pria tersebut bahkan sesekali merentangkan tangannya, meminta orang-orang untuk menjauh agar mereka tidak menginjak kotoran yang ada.
“Di saat orang lain sedang panen pahala dengan tawaf, beliau panen pahala dengan berkorban menjaga agar yang tawaf tidak menginjak kotoran,” tulis pengunggah dalam caption, yang diunggah pada Selasa, 10 September 2024.
Luar biasanya, aksi pria ini menginspirasi jemaah lain. Mereka pun berinisiatif untuk bergandengan tangan dan membentuk lingkaran besar di sekitar area tersebut, memastikan tidak ada yang menginjak kotoran.
Tak lama kemudian, petugas kebersihan tiba di lokasi. Dengan cepat, mereka membersihkan area tawaf menggunakan mobil pembersih lantai, mengembalikan kesucian tempat tersebut agar ibadah bisa dilanjutkan dengan khusyuk.
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi melalui akun resmi X @MoHU_En memberikan himbauan penting yang dilihat pada Jumat (13/09). Mereka mengingatkan agar setiap jemaah yang berada di tempat suci, seperti Masjidil Haram, untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan kesucian lingkungan ibadah.
“Dalam momen-momen indah ketika kita berkumpul di Masjidil Haram, sahabat semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kesucian tempat ini dengan kesadaran penuh. Kerja sama sahabat dalam menjaga kebersihan bukan hanya kewajiban, tapi juga bentuk ketaatan,” tulis Kementerian dalam himbauannya.
Untuk memastikan kebersihan tetap terjaga, Kementerian mengajak sahabat semua untuk melakukan beberapa hal penting. Pertama, pastikan untuk tidak menumpahkan air ke lantai dan selalu menjaga kebersihan lingkungan di sekitar sahabat. Ini demi kenyamanan semua jemaah.
Selanjutnya, jika sahabat membawa bungkus makanan, kantong, atau menggunakan tisu, pastikan untuk membuangnya di tempat sampah yang telah disediakan. Dengan begitu, Masjidil Haram tetap bersih dan rapi.
Terakhir, letakkan sepatu di tempat yang sudah ditentukan. Ini akan membantu menjaga ketertiban dan memudahkan sahabat saat mengambilnya kembali, menghindari sepatu tertukar atau hilang.
Mari kita bersama-sama berperan dalam menjaga kebersihan dan kesucian Masjidil Haram sebagai bentuk ibadah dan kepedulian kita terhadap lingkungan suci ini.
Kemenag Siapkan Skema Penempatan Tenda Jamaah Haji untuk Kurangi Kepadatan
Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan bahwa penempatan tenda bagi jamaah haji ke depannya akan lebih proporsional dan disesuaikan dengan kapasitas jamaah yang ada.
Dilansir dari Himpuh, “Tendanya itu bagus, banyak, tetapi memang jamaahnya banyak, jadi maksudnya tenda itu lebih kepada maknanya ya, kapasitas, yakni bagaimana sebetulnya rasio jumlah jamaah kita di satu lokasi tertentu untuk menempati tenda-tenda yang digunakan oleh mereka. Yang ramai kemarin itu karena masalah kepadatan, kalau padatnya iya, tugas dari Kemenag itu menjaga bagaimana agar jangan sampai terjadi kepadatan yang berlebihan,”ujar Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag, Hilman Latief, pada Jumat (20/09).
Beliau juga menegaskan bahwa masalah infrastruktur berada di bawah kewenangan Pemerintah Arab Saudi, yang saat ini sedang mendesain skema-skema baru.
“Khususnya bagaimana agar di Mina untuk penempatan jamaah itu bisa lebih proporsional, tetapi juga bisa melakukan relaksasi terhadap kepadatannya,” Tambahnya.
Skema Tanazul Sukarela, Solusi Pengurangan Kepadatan di Tenda Mina
Untuk mengurai kepadatan jamaah haji, Hilman menjelaskan bahwa Kemenag bersama Pemerintah Arab Saudi sedang menyusun skema tanazul, yaitu kembali ke hotel tanpa perlu mabit (bermalam) di tenda Mina. Skema ini diharapkan dapat membantu mengurai kepadatan di lokasi ibadah.
“Itu yang saya sebutkan tadi tanazul, desainnya berarti hotel-hotel terdekat di Mina akan lebih banyak yang disewa, kemarin kan kesulitannya adalah siapa jamaah yang akan melakukan tanazul-nya, karena datanya harus jelas, tanazul itu apa? Mabit-nya tidak di tenda atau di Mina, tetapi di hotel terdekat, sementara kita tahu jamaah haji itu 98,9 persen itu baru semua, yang ingin merasakan sensasi tinggal di tenda,” Ujarnya.
Namun, ia menegaskan bahwa skema tanazul ini masih dalam tahap diskusi dan bersifat sukarela.
“(Skema tanazul) masih tricky, karena itu nanti kita siapkan kategori-kategori khusus karena bagaimanapun tanazul itu sudah ada, tetapi sifatnya sukarela, belum by design,” Tambahnya.
Menjalankan ibadah haji dan umrah di Masjidil Haram adalah momen yang sangat sakral sekaligus penuh kebahagiaan bagi kita sebagai umat muslim.
Tentu, di tengah pelaksanaannya, sahabat pasti ingin mengabadikan momen-momen berharga tersebut dalam sebuah foto, sebagai kenangan yang tak ternilai untuk disimpan sepanjang masa.
Namun, ada beberapa aturan penting yang perlu sahabat perhatikan ketika ingin mengambil gambar, terutama di Masjidil Haram, tempat suci yang menjadi pusat ritual ibadah haji dan umrah.
Etika foto di Masjidil Haram untuk Menjaga Kenyamanan dan Kesucian Ibadah
Dilansir dari Gulf News pada Kamis (12/09), Arab Saudi melalui Kementerian Haji dan Umrah telah mengeluarkan panduan terkait pengambilan foto bagi jemaah umrah.
Kementerian Haji mengimbau para sahabat yang ingin mengabadikan momen di area Masjidil Haram agar selalu menghormati jemaah lain yang sedang beribadah serta pengunjung lainnya. Disarankan pula agar pengambilan foto dilakukan di luar jalur utama agar tidak mengganggu lalu lintas jemaah.
Kementerian juga menekankan, “Hindarilah mengambil foto orang yang sedang salat atau jemaah lain tanpa izin mereka.” Hal ini bertujuan untuk menjaga kenyamanan dan privasi jemaah, sekaligus mempertahankan kesucian suasana di dalam Masjidil Haram.
Selain itu, para sahabat juga diingatkan untuk tidak berdiri terlalu lama saat berfoto. Ini penting agar tidak menghalangi pergerakan jemaah lain yang tengah menjalankan ibadah atau beraktivitas di sekitar Masjidil Haram. Menahan diri untuk tidak terlalu lama berada di satu titik juga membantu menjaga kelancaran arus jemaah.
Saat berfoto, hormati jemaah dan pengunjung lain yang sedang beribadah. Pengambilan gambar sebaiknya dilakukan dari jarak aman dan jauh dari jalur utama, agar tidak mengganggu jalannya ibadah dan pergerakan jemaah. Selain itu, sangat penting untuk menjaga ketenangan serta menghormati kesucian situs ini saat mengabadikan momen, sehingga lingkungan ibadah tetap terasa khusyuk dan nyaman bagi semua.
Kemudahan Baru dan Peningkatan Akses untuk Ibadah Umrah di Arab Saudi
Musim umrah saat ini, yang bisa dilakukan sepanjang tahun, dimulai akhir Juni setelah berakhirnya ibadah haji tahunan yang dihadiri sekitar 1,8 juta Muslim dari seluruh dunia.
Tahun lalu, menurut data resmi, sekitar 13,5 juta umat Muslim menunaikan ibadah umrah. Tahun depan, Arab Saudi berencana menyambut hingga 15 juta jemaah dari seluruh dunia untuk menjalankan ibadah ini.
Sebagai tempat kelahiran Islam, Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir telah memperkenalkan berbagai kemudahan bagi sahabat yang ingin melaksanakan umrah. Visa umrah kini diperpanjang dari 30 hari menjadi 90 hari, dan sahabat bisa masuk ke kerajaan ini melalui jalur darat, udara, ataupun laut, serta bebas memilih bandara mana pun untuk keberangkatan. Tak hanya itu, para sahabat wanita kini tidak lagi diwajibkan didampingi wali laki-laki.
Bagi sahabat yang memiliki visa kunjungan, visa pribadi, atau visa wisata, kalian tetap dapat menjalankan umrah dan berziarah ke Al Rawda Al Sharifa, tempat suci di Masjid Nabawi, setelah memesan janji temu elektronik. Bahkan, warga Saudi kini bisa mengajukan permohonan untuk mengundang teman-temannya dari luar negeri untuk berkunjung dan menunaikan umrah bersama.
Melakukan ibadah Umrah atau Haji merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam bagi umat Muslim di seluruh dunia. Namun, bagi sahabat yang memiliki kondisi jantung, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, karena beberapa ritual ibadah ini memerlukan fisik yang kuat.
Tentu saja, ada solusi untuk sahabat yang memiliki kekhawatiran terkait hal ini. Dengan pengetahuan dan panduan yang tepat, ibadah Umrah atau Haji tetap bisa dilakukan dengan aman dan nyaman.
Kondisi jantung yang dimaksud dapat berupa penyakit arteri koroner, gagal jantung, hingga aritmia. Oleh karena itu, sangat penting bagi sahabat untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung dan melakukan pemeriksaan kesehatan jantung secara menyeluruh sebelum memutuskan untuk berangkat.
Persiapan Obat untuk Jamaah Saat Beribadah
Sebelum berangkat ke Umrah, pastikan sahabat membawa persediaan obat yang cukup, terutama yang diresepkan oleh dokter. Simpan obat-obatan ini di bagasi kabin untuk menghindari masalah jika bagasi utama hilang atau tertunda.
Jangan lupa untuk tetap mengikuti jadwal minum obat seperti biasanya. Jika perlu, atur pengingat atau alarm agar sahabat tidak melewatkan waktu minum yang tepat.
Jika ada keraguan mengenai obat yang sahabat konsumsi atau potensi efek sampingnya, sangat disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum keberangkatan. Setibanya di kloter, pastikan juga memberi tahu dokter kloter tentang kondisi kesehatan sahabat, terutama jika ada masalah jantung atau obat-obatan khusus yang perlu diperhatikan. Mereka akan siap membantu jika diperlukan.
Tips Sehat untuk Jamaah Umrah dengan Penyakit Jantung
Saat menjalani Umrah, sahabat yang memiliki penyakit jantung harus selalu mengutamakan kesehatan dan kesejahteraan. Salah satu hal terpenting adalah menjaga tubuh tetap terhidrasi, terutama di tengah cuaca panas Arab Saudi. Membawa botol air setiap saat dan minum secara teratur bisa membantu mencegah dehidrasi.
Namun, jika sahabat memiliki batasan cairan karena pengelolaan penyakit jantung, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter mengenai jumlah cairan yang tepat selama perjalanan. Selain itu, penting untuk tidak memaksakan diri dalam aktivitas fisik yang berlebihan.
Sahabat perlu memahami batasan tubuh dan memberikan waktu istirahat agar terhindar dari kelelahan saat melaksanakan ritual Umrah. Jika berjalan jauh terasa berat, jangan ragu untuk menggunakan alat bantu seperti kursi roda atau tongkat. Ini bisa meringankan beban tubuh dan menjaga agar jantung tidak terlalu bekerja keras.
Jangan ragu berkonsultasi dengan dokter kloter jika sahabat membutuhkan penyesuaian khusus agar ibadah tetap lancar tanpa membahayakan kesehatan.
Langkah Cerdas untuk Jamaah dengan Penyakit Jantung saat Umrah
Saat menjalani Umrah, sahabat yang memiliki kondisi jantung perlu memperhatikan beberapa langkah penting untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan selama perjalanan. Sebelum berangkat, pastikan sahabat berkonsultasi dengan dokter jantung. Informasikan rencana Umrah, sehingga dokter bisa memberikan saran yang tepat dan menyesuaikan perawatan jika diperlukan.
Lakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh untuk menilai kondisi jantung. Jangan lupa untuk menjaga pola makan yang baik untuk jantung, seperti mengonsumsi buah, sayuran, biji-bijian, dan protein rendah lemak. Hindari makanan tinggi garam, gula, dan lemak yang tidak sehat demi kesehatan jantung optimal.
Stres juga dapat berdampak pada kesehatan jantung, jadi penting bagi sahabat untuk mengelolanya dengan baik. Coba teknik seperti pernapasan dalam, meditasi, atau kegiatan yang membuat hati senang dan rileks.
Olahraga ringan dan teratur bisa sangat membantu, tetapi pastikan sahabat berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai aktivitas fisik baru. Tujuannya adalah menjaga kebugaran jantung tanpa membebani tubuh secara berlebihan.
Tips Menghadapi Risiko dan Tantangan Saat Beribadah
Meskipun Umrah adalah pengalaman spiritual yang luar biasa, sahabat dengan penyakit jantung perlu mewaspadai risiko yang mungkin dihadapi. Cuaca di Arab Saudi, yang sering kali sangat panas dan kering, bisa memicu dehidrasi dan kelelahan akibat panas.
Oleh karena itu, penting untuk tetap terhidrasi, beristirahat di tempat teduh, dan menghindari paparan panas berlebihan. Selain itu, aktivitas fisik seperti berjalan jauh dan berdiri lama saat menjalankan ritual Umrah dapat menambah beban pada jantung. Sahabat disarankan untuk bergerak dengan ritme yang nyaman dan beristirahat ketika dibutuhkan.
Kerumunan yang padat, terutama di Mekkah dan Madinah selama musim ramai, juga bisa menambah risiko kesehatan, baik dari segi kecelakaan fisik maupun paparan penyakit menular. Pastikan untuk menjaga kebersihan, memakai masker bila diperlukan, dan menjauh dari orang yang sedang sakit. Sebelum berangkat, konsultasikan dengan dokter mengenai vaksinasi dan pengaturan obat-obatan.
Dengan persiapan yang matang dan perhatian terhadap kesehatan, sahabat yang memiliki penyakit jantung tetap bisa menjalani ibadah Umrah dengan tenang dan nyaman. Semoga perjalanan ini membawa keberkahan dan sahabat selalu terjaga kesehatannya.