Review Hotel Anjum, Hotel di Mekkah dengan View Masjidil Haram

Review Hotel Anjum, Hotel di Mekkah dengan View Masjidil Haram

Dengan kelas bintang lima, Hotel Anjum di Mekkah menawarkan fasilitas kamar yang menghadap langsung ke Masjidil Haram.

Berlokasi di Ummul Qura Street, jarak dari Hotel Anjum menuju Masjidil Haram dapat ditempuh kurang dari 10 menit.

Hotel Anjum, salah satu hotel bintang lima di Mekkah
Gambar: Hotel Anjum, salah satu hotel bintang lima di Mekkah

Untuk menuju Masjidil Haram, Sahabat bisa turun ke pelataran hotel antara Tower 1 dan Tower 2. Lalu Sahabat menuruni eskalator dan keluar gate hotel. Dari gate, Sahabat tinggal berjalan kaki sekitar 5 menit ke pelataran Masjidil Haram. Dan sampailah sudah di Gate King Fahd Pintu 79.

Baca Juga: Ini 10 Risiko Umroh Backpacker, Jangan Tergiur Umroh Murah!

Saking dekat jaraknya dengan Masjidil Haram, beberapa kamar di Hotel Anjum menawarkan pemandangan indahnya Masjidil Haram loh, Sahabat!

View Masjidil Haram dari Hotel Anjum
Gambar: View Masjidil Haram dari Hotel Anjum

Hotel Anjum, Hotel dengan Fasilitas Bintang Lima

Selain jaraknya yang dekat, Hotel Anjum juga memiliki fasilitas unggulan kelas bintang lima, seperti kafe, mushola terpisah antara laki-laki dan perempuan, minimarket, toko kurma, barbershop, dan jalur khusus menuju Masjidil Haram.

Pelayanan Hotel Anjum
Gambar: Pelayanan Hotel Anjum

Hotel Anjum melayani para tamu hotel selama 24 jam penuh. Hotel Anjum juga memiliki staf yang mampu berbahasa Arab, Inggris, dan bahasa lainnya untuk memudahkan komunikasi dengan para tamu yang berasal dari berbagai negara.

Tak hanya itu, Hotel Anjum juga memiliki restoran khusus yang menyediakan menu masakan khas Indonesia, loh! Hal ini dikarenakan banyaknya jemaah asal Indonesia yang menginap di Hotel Anjum.

Baca Juga: Kenali Kuota Roaming, Solusi Hubungi Keluarga dari Tanah Suci!

Nyamannya Menginap di Hotel Anjum

Selain fasilitas hotel yang mewah, Hotel Anjum juga memiliki fasilitas kamar dengan beberapa tipe, yaitu Quadroom, Triple, Double, Classic Twin, Presidential Suite, Diplomatic Suite, dan Executive Suite.

Fasilitas kamar di Hotel Anjum
Gambar: Fasilitas kamar di Hotel Anjum

Setiap kamar dilengkapi dengan AC yang sejuk, TV, kulkas mini, WiFi, tea maker, air mineral, meja kerja, sofa, sajadah, Al-Qur’an, hingga koran lokal. Kamar mandinya juga dilengkapi dengan hair dryer dan peralatan mandi lain yang bisa Sahabat gunakan secara gratis.

Fasilitas kamar mandi di Hotel Anjum
Gambar: Fasilitas kamar mandi di Hotel Anjum

Dijamin Sahabat akan betah menginap di sini, karena fasilitasnya yang lengkap dan pelayanannya yang terbaik.

Di Antipode Ka’bah, Kamu Bisa Salat ke Segala Arah!

Di Antipode Ka’bah, Kamu Bisa Salat ke Segala Arah!

Terlepas dari perdebatan teori bumi bulat atau datar, ternyata muncul perdebatan baru tentang arah kiblat salat. Jika bumi bulat, bolehkah kita salat membelakangi kiblat atau tidak menghadap ke arah Ka’bah yang ada di Masjidil Haram?

Sebab, logikanya, jika kita berdiri membelakangi Ka’bah, kita juga sedang menghadap ke Ka’bah di sisi yang lain.

Namun, benarkah teori ini, Sahabat? Lalu bagaimana arah kiblat salat yang seharusnya? Yuk simak ulasan di bawah ini!

Arah kiblat sholat umat Islam yaitu ke Ka’bah, Masjidil Haram, Mekah
Gambar: Arah kiblat salat umat Islam yaitu ke Ka’bah, Masjidil Haram, Mekah

Pengertian Arah Kiblat

Pada dasarnya, jika kita berdiri membelakangi Ka’bah, sebenarnya kita juga sedang menghadap ke Ka’bah di sisi yang lain. Namun, para ahli falak yang mempelajari ilmu orbit, salah satunya Slamet Hambali (ahli falak dan dosen falak IAIN Walisongo Semarang) mendefinisikan arah kiblat sebagai arah menuju Ka’bah di Masjidil Haram melalui jalur terdekat.

Menurut Muhyiddin Khazin dalam buku “Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek”, kiblat merupakan arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran bumi yang menghubungkan suatu tempat dengan Kota Mekah.

Baca Juga: Hotel Madinah Taiba Front Cuma 10 Langkah ke Masjid Nabawi!

Sementara ahli falak Muchtar Salimi mendefinisikan kiblat sebagai jarak terdekat dari suatu tempat ke Masjidil Haram di Mekah.

Arah kiblat yaitu arah dari suatu tempat ke Ka’bah dengan jarak yang terdekat
Gambar: Arah kiblat yaitu arah dari suatu tempat ke Ka’bah dengan jarak yang terdekat

Ke Mana Arah Kiblat yang Sebenarnya?

Maka dapat disimpulkan, arah kiblat adalah arah dari suatu tempat ke Ka’bah di Masjidil Haram Mekah dengan jarak yang terdekat. Arah kiblat harus menuju arah yang terdekat dengan Ka’bah, bukan arah yang terjauh. Sama halnya seperti kita jika sedang melakukan perjalanan ke tempat tertentu, pasti kita memilih perjalanan dengan jarak yang terdekat, bukan?

Para ulama sepakat bahwa orang yang bisa melihat Ka’bah atau lokasinya dekat dengan Masjidil Haram, maka saat salat ia harus menghadap persis ke arah Ka’bah. Tidak sah salatnya jika mereka dapat melihat Ka’bah, namun arah salatnya membelakangi arah kiblat.

Lalu bagaimana dengan kita yang tinggal jauh dari Masjidil Haram? Apakah kita boleh salat membelakangi Ka’bah?

Penentuan arah kiblat sholat bagi umat Islam
Gambar: Penentuan arah kiblat salat bagi umat Islam

Untuk persoalan ini, kembali lagi pada pengertian arah kiblat, bahwa arah kiblat shalat ditentukan berdasarkan posisi dan jarak terdekat kita dengan Ka’bah. Jika kita salat membelakangi Ka’bah dan jaraknya lebih jauh dibanding kita menghadap Ka’bah, maka salat kita dinilai tidak sah. Sebab, salah satu syarat sah salat, yaitu menghadap ke arah Ka’bah.

“Jika kamu hendak melakukan salat, sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat dan lakukan takbiratul ihram.” (H.R. Bukhari & Muslim)

Antipode Ka’bah: Bisa Salat ke Segala Arah

Dalam perspektif bumi bulat, setiap tempat di bumi memiliki titik lain yang kutubnya berlawanan, atau biasa disebut sebagai antipode. Jadi, saat kita berada di titik antipode dan ingin menuju ke titik antipode lainnya, maka ke arah mana pun kita berjalan akan dihasilkan jarak yang sama.

Titik Antipode Ka’bah
Gambar: Titik Antipode Ka’bah
Titik Antipode Ka’bah
Gambar: Titik Antipode Ka’bah

Contohnya, posisi Ka’bah di Mekah memiliki titik antipode di Kota Tapuarava, Polinesia, Prancis. Jika kita berada di Kota Tapuarava dengan koordinat yang tepat sesuai antipode Ka’bah, maka secara teori jarak ke depan dan belakang akan sama nilainya dan sama-sama menuju arah Ka’bah. Maka, jika Sahabat salat ke arah mana pun di titik antipode ini dinilai sah. 

Antipode Ka’bah terletak di Kota Tapuarava, Polinesia, Prancis
Gambar: Antipode Ka’bah terletak di Kota Tapuarava, Polinesia, Prancis

Selain itu, Sahabat juga dapat salat ke segala arah jika Sahabat menunaikan salat di dalam Ka’bah. Menurut mazhab Syafi’i, orang yang salat di dalam Ka’bah dapat menghadap pintu atau dinding Ka’bah sebagai arah kiblat baginya.

Kondisi yang Membolehkan Salat Tak Menghadap Ka’bah

Namun, ada beberapa kondisi dimana syarat salat menghadap arah kiblat menjadi gugur, yaitu:

Arah kiblat salat saat seseorang berada dalam perjalanan
Gambar: Arah kiblat salat saat seseorang berada dalam perjalanan

Baca Juga: Umroh Musim Dingin, Apa Saja yang Perlu Disiapkan?

  • Saat seseorang sakit dan ia tidak mampu mengarahkan wajah dan badannya ke arah kiblat
  • Saat seseorang dalam peperangan atau kondisi yang membahayakan (seperti melarikan diri dari binatang buas atau musibah banjir/tsunami), maka ia dapat menunaikan salat ke mana pun wajahnya menghadap
  • Saat seseorang berada dalam perjalanan, seperti di pesawat, kapal, atau mobil dan tidak menemukan tempat yang memungkinkan untuk salat, maka ia boleh salat mengikuti arah kendaraan melaju

Nah, itulah penjelasan tentang arah kiblat ya, Sahabat! Semoga kita dapat menentukan arah kiblat yang tepat untuk salat di mana pun kita berada.

Pendapatan Arab Saudi dari Haji dan Umroh Hingga 450 Triliun, Gak Nyangka!

Pendapatan Arab Saudi dari Haji dan Umroh Hingga 450 Triliun, Gak Nyangka!

Arab Saudi merupakan negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia. Di sisi lain, Arab Saudi juga meraup penghasilan yang besar dari ibadah haji dan umroh yang selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Bahkan, nilai kekayaan Arab Saudi yang diperoleh dari pelaksanaan haji mencapai 450 triliun per tahunnya!

Sumber pendapatan dan kekayaan Arab Saudi dari haji dan umroh
Gambar: Sumber pendapatan dan kekayaan Arab Saudi dari haji dan umroh

Sumber Pendapatan Terbesar Negara Arab Saudi

Saat ini, pendapatan Arab Saudi memang masih didominasi dan berasal dari penjualan minyak dan gas bumi. Namun, sejak pandemi, harga minyak bumi mengalami penurunan drastis. Arab Saudi pun menyadari risiko bahwa minyak bumi bisa saja habis.

Minyak bumi sebagai sumber pendapatan terbesar negara Arab Saudi
Gambar: Minyak bumi sebagai sumber pendapatan terbesar negara Arab Saudi

Tak dapat dimungkiri, ekonomi Arab Saudi juga bergantung pada pelaksanaan haji dan umroh. Tak seperti sektor energi, di bidang haji dan umroh, Arab Saudi tak perlu khawatir dengan persaingan.

Pendapatan Arab Saudi dari Haji dan Umroh

Menurut Global Destination Cities Index tahun 2018, Mekah memperoleh pendapatan hingga 20 miliar riyal atau sekitar Rp 300 triliun rupiah. Besaran pendapatan ini tertinggi kedua setelah Dubai. Sebelum pandemi, pendapatan haji diperkirakan rata-rata 30 miliar USD atau Rp 450 triliun per tahun.

Baca Juga: Hotel Madinah Taiba Front Cuma 10 Langkah ke Masjid Nabawi!

Pendapatan ini diperkirakan terus meningkat. Apalagi sejak pemerintah Arab Saudi sudah memberlakukan kuota jemaah haji di tahun 2023 menjadi 100 persen.

Besarnya pendapatan Arab Saudi ini membuat cadangan devisa naik menjadi 447.4 USD atau setara Rp 6.881 triliun pada akhir November 2022. Dengan angka ini, Arab Saudi masuk dalam daftar 10 negara dengan cadangan devisa terbesar di dunia.

Haji dan Umroh Jadi Sumber Cuan Arab Saudi

Bagaimana tidak, Arab Saudi mampu memperoleh penghasilan yang besar dari pelaksanaan haji karena biaya haji juga tak bisa terbilang sedikit.

Biaya haji dan umroh yang menjadi salah satu sumber pendapatan Arab Saudi
Gambar: Biaya haji dan umroh yang menjadi salah satu sumber pendapatan Arab Saudi

Pada tahun 2020, untuk warga domestik (asal Arab Saudi), ibadah haji dikenakan biaya Rp 14 juta hingga Rp 22 juta untuk kelas ekonomi dan senilai Rp 27 juta hingga Rp 62 juta untuk kelas premium.

Sementara untuk jemaah haji internasional, ibadah haji dikenakan biaya Rp 90 juta untuk kelas ekonomi dan Rp 195 juta untuk kelas premium. Biaya ini adalah biaya mentah, yang belum disubsidi oleh pemerintah Indonesia.

Perbedaan antara kelas ekonomi dan premium ini adalah kelas hotel, kualitas akomodasi tenda di Mina dan Muzdalifah, makanan, transportasi, dan layanan lainnya. Jemaah yang memilih kelas premium biasanya menginap di hotel bintang lima dan dekat dari Masjidil Haram.

Baca Juga: Umroh Musim Dingin, Apa Saja yang Perlu Disiapkan?

Jumlah jemaah haji yang membludak setiap tahun
Gambar: Jumlah jemaah haji yang membludak setiap tahun

Sebelum pandemi, jumlah jemaah haji berkisar 2.5 juta orang. Sedangkan jika ditotal dengan jemaah umroh, Arab Saudi mampu mendatangkan 21 juta jemaah setiap tahunnya. Bahkan, pemerintah Arab Saudi menargetkan pada 2030 mendatang, total jemaah haji dan umroh yang datang ke Arab Saudi bisa mencapai 30 juta orang.

Bayangkan berapa banyak pendapatan yang mampu dihasilkan Arab Saudi dari pelaksanaan haji dan umroh setiap tahunnya!

Pengaruh Haji dan Umroh terhadap Sektor Bisnis

Tak hanya meningkatkan pendapatan negara, pelaksanaan haji dan umroh juga mampu menciptakan 100 ribu lapangan pekerjaan pada tahun 2022.

Adanya ibadah haji dan umroh juga menghasilkan perputaran uang yang luar biasa besar bagi sektor swasta. Mulai dari industri perhotelan, pusat perbelanjaan, industri makanan, maskapai penerbangan, dan industri pariwisata.

Sektor pariwisata negara Arab Saudi
Gambar: Sektor pariwisata negara Arab Saudi

Baca Juga: Di Antipode Ka’bah, Kamu Bisa Salat ke Segala Arah!

“Makna religius Kota Mekah dan Madinah tidak akan pernah kering. Ini adalah pondasi penting untuk membangun sektor pariwisata Arab Saudi yang lebih luas dan memasarkannya ke khalayak lokal, regional, dan internasional,” ungkap Robert Mogielnicki, salah seorang ekonom politik yang berfokus pada isu Timur Tengah dan Afrika Utara.

Meskipun sumber utama devisa Arab Saudi masih berasal dari minyak dan gas bumi, pemasukan dari ibadah haji dan umroh tak bisa diremehkan.

3 Alasan Nonmuslim Dilarang Masuk Kota Mekah dan Madinah

3 Alasan Nonmuslim Dilarang Masuk Kota Mekah dan Madinah

Pada tahun 2022 lalu, gempar berita seorang jurnalis asal Yahudi, Gil Tamary, yang menyusup masuk ke Kota Mekah, bahkan berfoto dengan bangganya di Padang Arafah. Insiden ini menuai kecaman dari warga muslim dunia, karena pemerintah Arab Saudi melarang nonmuslim apalagi orang Yahudi memasuki Kota Mekah maupun Madinah.

Bagaimana caranya ia dapat menyusup masuk Kota Mekah? Mengapa nonmuslim dilarang masuk Kota Mekah dan Madinah?

Yuk simak ulasan berikut, Sahabat!

Gil Tamary, jurnalis asal Israel yang nekat memasuki Kota Mekah
Gambar: Gil Tamary, jurnalis asal Israel yang nekat memasuki Kota Mekah

Gil Tamary, Jurnalis Israel yang Nekat Masuk Kota Mekah

Gil Tamary merupakan salah satu dari tiga jurnalis Israel yang diizinkan masuk ke Arab Saudi untuk meliput konferensi regional yang dihadiri Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Liputan itu disiarkan oleh Channel 13 News.

Tak hanya disiarkan oleh media berita, Gil Tamary juga mengunggah video liputannya yang berdurasi 10 menit di akun Twitter. Ia menyebut dirinya jurnalis Israel pertama yang memasuki Kota Mekah. Bahkan di video itu, ia terlihat mengunjungi Arafah, Jabal Rahmah, dan melewati area Masjidil Haram.

Polisi menangkap jurnalis Israel Gil Tamary karena melanggar aturan dengan memasuki Kota Mekah
Gambar: Polisi menangkap jurnalis Israel Gil Tamary karena melanggar aturan dengan memasuki Kota Mekah

Lantas bagaimana caranya ia bisa memasuki Kota Mekah yang sebenarnya dilarang oleh pemerintah Arab Saudi?

Baca Juga: Pendapatan Arab Saudi dari Haji dan Umroh Hingga 450 Triliun, Gak Nyangka!

Ternyata setelah diselidiki, Gil Tamary mengakali larangan itu dengan bantuan sopir yang beragama Islam. Sopir tersebut tidak mengetahui kalau Tamary adalah orang Yahudi. Sebab, Tamary hanya menggunakan bahasa Inggris, agar identitasnya sebagai orang Yahudi tidak ketahuan.

Klarifikasi Gil Tamary

Akhirnya video Gil Tamary menuai kecaman tajam dari banyak pihak, bahkan beritanya sampai viral di Israel. Menteri Kerjasama Regional Israel, Esawi Freij, mengaku liputan Tamary adalah tindakan bodoh dan berbahaya. Sebagai perwakilan dari Israel, ia meminta maaf kepada umat Islam di Arab Saudi.

Unggahan ucapan permintaan maaf Gil Tamary kepada umat Islam
Gambar: Unggahan ucapan permintaan maaf Gil Tamary kepada umat Islam

Didesak netizen, Gil Tamary turut angkat bicara di akun Twitter pribadinya yaitu @tamarygil. Ia meminta maaf dan menjelaskan bahwa kedatangannya ke Arab Saudi tak ada niat sedikit pun untuk menyinggung umat Islam. Tamary mengklaim videonya hanya untuk menunjukan keindahan Kota Mekah dan mengenalkannya pada dunia.

Channel 13 News sebagai media berita yang menyiarkan liputan Gil Tamary juga meminta maaf, namun tetap mempertahankan video tersebut di situs mereka.

“Kunjungan Gil Tamary ke Mekah adalah perjalanan jurnalistik penting dan tidak bermaksud menyinggung umat Islam. Kami meminta maaf bila ada yang tersinggung. Prinsip jurnalisme adalah melaporkan dan mendokumentasikan peristiwa secara langsung.”

Demikian pernyataan pihak Channel 13 News.

Baca Juga: Hotel Madinah Taiba Front Cuma 10 Langkah ke Masjid Nabawi!

Namun, hal ini tetap tidak meredam amarah dan rasa kekecewaan umat Islam. Pasalnya, tindakan Gil Tamary telah mencoreng kesucian Kota Mekah. Pihak Channel 13 News yang tidak mau menghapus videonya pun dinilai hanya mencari engagement.

Insiden Nonmuslim Nekat Masuk Kota Mekah dan Madinah

Sebelumnya di tahun 2017, seorang blogger asal Israel yaitu Ben Tzion, pernah mengambil foto dengan bangganya di Masjid Nabawi. Bahkan saat zaman penjajahan Belanda dahulu, ada mata-mata asal Belanda bernama Snouck Hurgronje, yang berkamuflase menjadi jemaah haji, agar bisa memahami pemikiran muslim dan mengalahkan Aceh dalam Perang Aceh yang sedang memanas saat itu.

Snouck Hurgronje, mata-mata asal Belanda yang berkamuflase menjadi jemaah haji
Gambar: Snouck Hurgronje, mata-mata asal Belanda yang berkamuflase menjadi jemaah haji

Snouck Hurgronje menggunakan nama samaran Abdul Ghofar. Bahkan ia juga menjalani aturan-aturan Islam, seperti disunat, shalat, dan berpuasa, meskipun dirinya tidak pernah benar-benar masuk Islam.

Mengapa Nonmuslim Dilarang Masuk?

Larangan nonmuslim memasuki Kota Mekah dan Madinah ini bukan karena diskriminasi. Namun, larangan ini bersumber dari firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 28:

“Hai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.”

Makna najis di ayat ini bukan raga atau fisiknya, melainkan keyakinan dan kesyirikannya.

Baca Juga: Umroh Musim Dingin, Apa Saja yang Perlu Disiapkan?

Gambar: Tanda larangan masuk bagi nonmuslim sebelum gerbang Kota Mekah dan Madinah
Gambar: Tanda larangan masuk bagi nonmuslim sebelum gerbang Kota Mekah dan Madinah

Larangan memasuki kota Mekah bagi nonmuslim juga untuk menjaga kekhusyukan umat Islam dalam menunaikan ibadah haji dan umroh. Jika Mekah dan Madinah menjadi area bebas masuk, kemungkinan akan terjadi kemacetan dan mengganggu kekhusyukan beribadah.

Akhirnya, pemerintah Arab Saudi melarang keras nonmuslim memasuki Kota Mekah dan sebagian kota Madinah (terutama di pusat kota dan Masjid Nabawi). Jika ada yang melanggar aturan ini, akan disanksi dengan hukuman denda, deportasi, bahkan dilarang masuk ke Arab Saudi seumur hidup.

Jika penyusup terlibat dalam organisasi teroris, hukumannya lebih berat lagi, yaitu dijatuhi hukuman mati. Seperti halnya kelompok pemberontak Juhaiman al-Utaibi yang dihukum mati karena menyerang Ka’bah dan membunuh ratusan jemaah haji tahun 1979.

Jadi, larangan ini bukan karena diskriminasi terhadap nonmuslim ya, Sahabat! Namun, semata-mata untuk menjaga kekhusyukan para jemaah haji maupun umroh yang tengah beribadah.

Rahasia Sejuknya Lantai Masjidil Haram, Terbuat Dari Marmer Termahal!

Rahasia Sejuknya Lantai Masjidil Haram, Terbuat Dari Marmer Termahal!

Melaksanakan shalat di Masjidil Haram adalah impian semua umat Islam. Apalagi sensasi kenyamanan yang dirasakan saat shalat di sekeliling Ka’bah, karena lantainya yang terasa sejuk meski di tengah cuaca terik. Sebenarnya apa rahasia di balik sejuknya lantai Masjidil Haram, meski matahari bersinar sangat terik?

Rahasia sejuknya lantai Masjidil Haram di Mekah meski di bawah cuaca terik
Gambar: Rahasia sejuknya lantai Masjidil Haram di Mekah meski di bawah cuaca terik

Kenapa Lantai Masjidil Haram Terasa Sejuk?

Reasahalharamain, sebuah lembaga yang mengurusi dua masjid kota suci, yaitu Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, mengungkapkan alasan mengapa lantai masjid terasa dingin meskipun cuaca panas. Ternyata bukan karena ada mesin pendingin atau AC di bawah lantai masjid, lho, Sahabat. Namun, sejuknya lantai Masjidil Haram karena terbuat dari marmer berkualitas tinggi.

Dikutip dari Saudi Gazette, marmer tersebut didatangkan langsung dari daerah bernama Thassos di Yunani, sehingga dinamai marmer Thassos. Sejak zaman kuno, daerah Thassos telah dikenal sebagai penghasil marmer putih berkualitas yang digunakan oleh orang Romawi untuk membangun bangunan dan monumen megah.

Gunung marmer putih di Thassos, Yunani
Gambar: Gunung marmer putih di Thassos, Yunani

Asal-Usul Lantai Masjidil Haram

Marmer Thassos memiliki kristal warna putih salju yang membuatnya berkilau jika terkena pancaran cahaya. Tak hanya digunakan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, marmer Thassos juga digunakan di Masjid Hagia Sophia, Istanbul-Turki. Masya Allah, pasti lantainya sangat indah dan cantik ya, Sahabat!

Baca Juga: Batas Usia Umroh Terbaru, Bolehkah Anak-Anak & Lansia Umroh?

Marmer Thassos berasal dari batuan alam. Batuan alam ini dapat menghambat perpindahan panas dari sinar matahari atau cuaca ekstrem. Inilah mengapa penggunaan marmer Thassos dapat membuat lantai dapat menyerap panas dan lebih sejuk.

Marmer Thassos juga dapat menyerap kelembaban di malam hari. Tak hanya itu, ketika marmer Thassos dijadikan pelapis dinding, marmer mampu meredam kebisingan suara yang berasal dari luar bangunan. 

Bongkahan marmer Thassos dari Yunani yang diolah secara khusus di Arab Saudi
Gambar: Bongkahan marmer putih di Thassos, Yunani yang dibawa dan diolah secara khusus di Arab Saudi

Khusus untuk Masjidil Haram, marmer Thassos diimpor dalam bentuk bongkahan batu langsung dari Yunani, kemudian diolah dan dibentuk secara khusus di Arab Saudi. Marmer Thassos di Masjidil Haram dipasang dalam bentuk persegi panjang yang tebalnya 5 cm. Tingkat ketebalan ini turut mempengaruhi kesejukan lantai, lho, Sahabat.

Keistimewaan Marmer Thassos

Berkat marmer Thassos, lantai Masjidil Haram tetap dingin walau suhu di Mekah bisa mencapai 50 derajat Celcius. Marmer Thassos tak hanya dipasang di area pelataran dan bagian dalam masjid, tapi juga di area tawaf, sehingga Sahabat tidak perlu berjingkat kaki karena kepanasan saat siang hari.

Baca Juga: Shalat di Masjid Quba, Pahala Setara Umroh! Ini Syarat-Syaratnya!

Karena keistimewaannya ini, marmer Thassos merupakan salah satu marmer termahal di dunia. Berdasarkan situs Alibaba, harga marmer Thassos yang langsung didatangkan dari Yunani mencapai USD 200 atau sekitar Rp 2.87 juta per meter persegi.

Proses pembangunan lantai Masjidil Haram menggunakan marmer Thassos
Gambar: Proses pembangunan lantai Masjidil Haram menggunakan marmer Thassos

Siapakah yang Membangun Lantai Masjidil Haram?

Konon diceritakan, bahwa arsitektur di balik pembangunan lantai Masjidil Haram dan Masjid Nabawi adalah Muhammad Kamal Ismaeel. Ia adalah insinyur dan arsitek Mesir, yang pernah mencetak rekor sebagai orang termuda yang dikirim ke Eropa dan mendapatkan tiga gelar doktor dalam Arsitektur Islam.

Sewaktu membeli marmer Thassos untuk Masjidil Haram, Muhammad Kamal langsung menuju Yunani. Ia membeli marmer untuk Masjidil Haram, hampir setengah dari gunung marmer yang ada di Yunani.

Kisah Unik Pembangunan Lantai Masjid Nabawi

Setelah proyek pembangunan Masjidil Haram selesai, pemerintah Arab Saudi meminta Muhammad Kamal kembali memasang marmer yang sama di Masjid Nabawi.

Baca Juga: Utsman bin Affan, Sahabat Nabi yang Hartanya Abadi

Saat Kamal kembali ke Yunani untuk menanyakan marmer yang tersisa, ternyata setengah gunung marmer sisanya telah dibeli orang lain. Perlu diketahui, marmer ini bukan material yang dihasilkan dari pabrik, melainkan terbuat dari batuan alam, jadi cukup terbatas jumlahnya.

Gunung marmer putih di Thassos, Yunani
Gambar: Gunung marmer putih di Thassos, Yunani

Muhammad Kamal pun mencari tahu siapa pembeli marmer tersebut. Akhirnya ia menemukan alamat pembelinya, yaitu sebuah perusahaan di Arab Saudi. Lalu ia mendatangi kantor perusahaan tersebut. Rupanya, semua marmer masih ada dan belum digunakan sama sekali.

Muhammad Kamal menyodorkan cek kosong dan meminta pemilik marmer menuliskan nominal yang diinginkan, berapa pun besarnya. Namun, saat pemilik perusahaan tahu marmer itu akan digunakan untuk pembangunan Masjid Nabawi, ia menolak marmernya dibeli.

Jemaah dapat melakukan tawaf di Masjidil Haram tanpa menggunakan alas kaki meski cuaca terik
Gambar: Jemaah dapat melakukan tawaf di Masjidil Haram tanpa menggunakan alas kaki meski cuaca terik

“Allah yang membuat saya membeli marmer ini. Itu artinya marmer ini memang sudah ditakdirkan Allah untuk Masjid Nabawi,” katanya. Sang pemilik marmer akhirnya menyumbangkan marmer Thassos yang dibelinya untuk pembangunan Masjid Nabawi. Masya Allah ya, Sahabat!

Hajar Aswad, Batu Surga yang Ternyata Pernah Dicuri

Hajar Aswad, Batu Surga yang Ternyata Pernah Dicuri

Hajar Aswad merupakan batu dari surga yang diturunkan ke bumi saat Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah membangun Ka’bah. Mulanya, batu ini berwarna putih, namun karena refleksi dari dosa-dosa manusia, warnanya berubah jadi hitam.

Hajar Aswad, Ka'bah
Gambar: Rukun Hajar Aswad, Ka’bah

Bentuk Batu

Banyak yang mengira, batu lonjong berwarna hitam di dalam bingkai perak inilah yang dinamakan Hajar Aswad.

Namun, tahukah Sahabat Ventour, Hajar Aswad sesungguhnya yaitu berbentuk pecahan batu warna hitam kemerahan yang direkatkan pada batu berbentuk lonjong. Bukan keseluruhan batu yang dilindungi oleh bingkai perak.

Foto Hajar Aswad
Gambar: Potret Hajar Aswad dengan resolusi tinggi

Baca Juga: Umroh Ramadhan, Lakukan 6 Tips Ini Agar Ibadah Maksimal!

Sejarah Batu Surga yang Pernah Dicuri

Mulanya, batu surga ini berbentuk layaknya batu utuh. Namun, karena berbagai insiden yang menimpa selama sejarahnya, batu itu kini terpecah menjadi delapan bagian dengan ukuran yang berbeda-beda. Batu ini sempat dicuri dari Ka’bah pada tahun 930 M oleh kaum Qaramitah, salah satu kelompok Muslim Syiah di Arab Timur.

Aksi pencurian ini dipimpin oleh Abu Tahir Al-Qarmuthi dan disertai dengan pembantaian 30.000 jamaah haji yang sedang berada di Masjidil Haram. Hajar Aswad dibawa kabur oleh Abu Tahir ke masjid miliknya, Masjid Al-Dirar di Bahrain. Ternyata alasan ia mencuri batu tersebut karena ia ingin mengalihkan ibadah haji dari Masjidil Haram ke masjidnya. Innalillahi, ini termasuk ajaran sesat ya, Sahabat Ventour!

Sejarah Hajar Aswad
Gambar: Hajar Aswad zaman dahulu

Batu surga ini hilang dari Kabah selama 23 tahun, sebelum akhirnya dikembalikan pada tahun 953 M. Menurut sejarawan, kaum Qaramitah sempat meminta tebusan kepada Bani Abbasiyah apabila batu tersebut ingin dikembalikan. Akhirnya kaum Qaramitah mengembalikan batu tersebut dengan cara dilempar, sehingga batu ini pecah menjadi beberapa bagian.

Benarkah Ada Hajar Aswad di Turki?

Pecahan batu surga ini diisukan tersebar di Turki. Pecahan ini dipercaya dipindahkan pada masa pemerintahan Kesultanan Turki Utsmani oleh Sultan Sulaiman. Pada masa itu, Kesultanan Turki Utsmani memang menguasai wilayah Arab Saudi dan banyak menyimpan peninggalan sejarah Islam.

Pecahan yang diduga batu surga dan berada di Turki ini berjumlah enam buah. Yang pertama dipajang di mihrab Masjid Biru, satunya lagi terletak di atas pintu masuk makam Sulaiman Agung, dan empat pecahan sisanya terdapat di Masjid Sokullu Mehmet Pasa (satu di atas mihrab, satu di bawah mimbar bawah, satu lagi di atas mimbar atas, dan terakhir di pintu masuk). 

Baca Juga: Penting! Inilah 10 Perlengkapan Umroh yang Wajib Dibawa

Namun, keaslian pecahan batu ini masih dipertanyakan, karena belum ada bukti-bukti yang menguatkan. 

Kepingan batu yang diduga Hajar Aswad di pintu masuk makam Sulaiman Agung
Gambar: Kepingan Hajar Aswad di atas pintu masuk makam Sulaiman Agung

Keutamaan Mencium dan Mengusap Hajar Aswad

Dijuluki batu mulia dari surga, pada saat ibadah umroh maupun haji, Sahabat Ventour disyariatkan untuk mencium serta mengusapkan tangan pada Hajar Aswad.

Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah Saw.:

  مَنْ فَاوَضَهُ، فَإِنَّمَا يُفَاوِضُ يَدَ الرَّحْمَنِ 

“Barangsiapa bersalaman dengannya (Hajar Aswad), seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah yang Maha Pengasih.” (H.R. Ibnu Mâjah) 

Maqam Ibrahim Ternyata Bukan Kuburan, Inilah Sejarah dan Keutamaannya!

Maqam Ibrahim Ternyata Bukan Kuburan, Inilah Sejarah dan Keutamaannya!

Banyak yang salah kaprah menganggap Maqam Ibrahim di Masjidil Haram adalah kuburan. Namun, ternyata bangunan ini adalah batu tempat berdirinya Nabi Ibrahim saat membangun dan meninggikan Ka’bah. Maqam dalam bahasa Arab artinya tempat berpijaknya dua kaki, berdiri, atau bangun.

Letak Maqam Ibrahim
Gambar: Maqam Ibrahim yang terletak 10-11 dari arah timur Ka’bah

Sejarah

Banyak yang meyakini, batu yang dipijak oleh Nabi Ibrahim adalah batu keramat yang diturunkan dari surga bersamaan dengan Hajar Aswad. Batu ini kemudian diambil oleh Nabi Ismail dan diberikan pada ayahnya, Nabi Ibrahim, sebagai tempat berpijak saat meninggikan Ka’bah.

Bentuk dan Letak Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim terletak dan berjarak 10 hingga 11 meter dari timur Ka’bah. Dilansir dari Saudi Gazette, Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci merilis foto jejak kaki Nabi Ibrahim dengan kualitas 49.000 piksel.

Foto jejak kaki Nabi Ibrahim
Gambar: Foto jarak dekat jejak kaki Nabi Ibrahim

Batu bekas jejak Nabi Ibrahim berwarna perunggu, agak kehitam-hitaman. Bentuk batunya bujur sangkar dengan panjang 40 sentimeter dan lebar serta tinggi sekitar 20 sentimeter.

Baca Juga: Le Meridien Tower: Inilah Hotel Bintang 5 Terfavorit di Mekah!

Jejak kaki Nabi Ibrahim berada di tengah-tengah batu. Panjang telapak kaki pada permukaan batu adalah 27 sentimeter dan lebarnya 14 sentimeter, dengan kedalaman jejak kaki sekitar 9-10 sentimeter.

Relokasi dan Renovasi

Menurut sejarah, bentuk bangunan yang melindungi batu jejak kaki Nabi Ibrahim ini terus mengalami perubahan. Mulanya, batu ini terletak menempel di dinding Ka’bah. Bangunan tersebut membuat area tawaf menjadi semakin sempit, seiring dengan peningkatan jumlah jamaah setiap tahunnya.

Letak Maqam Ibrahim
Gambar: Proses tawaf mengelilingi Ka’bah

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, akhirnya batu jejak Nabi Ibrahim ini digeser mundur agar jamaah lebih leluasa saat melakukan tawaf.

Pada 1967, bangunan pelindung batu jejak Nabi Ibrahim diubah menjadi kotak kaca kristal, yang dilapisi emas dan perak. Bagian luarnya juga dilapisi kaca bening setebal 10 sentimeter yang tahan terhadap panas dan antipecah seperti saat ini.

Bangunan kaca pelindung Maqam Ibrahim
Gambar: Maqam Ibrahim yang dilindungi dengan bangunan kaca berlapis emas dan perak

Baca Juga: Hajar Aswad, Batu Surga yang Ternyata Pernah Dicuri

Keutamaan Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim juga memiliki keutamaan yaitu sebagai tempat shalat sunnah setelah menunaikan tawaf dan sebelum menuju bukit Safa-Marwah. Dalam hadits riwayat Bukhari, Umar bin Khattab pernah berkata:

“Saya bertanya pada Rasulullah, “Maukah engkau jadikan batu tempat berdirinya Nabi Ibrahim sebagai tempat untuk mengerjakan shalat?”

Maka turunlah firman Allah surah Al-Baqarah ayat 125, “Dijadikanlah sebagian Maqam Ibrahim itu sebagai tempat shalat.”

Namun, saat musim haji, tentu bukan perkara mudah untuk bisa shalat sunah tepat di area ini. Area ini dijaga ketat oleh petugas karena di tempat itu sangat padat orang yang ingin melakukan shalat sunnah.

Petugas juga mengingatkan jamaah agar tidak mengusap-usap dan berdoa di Maqam Ibrahim karena dikhawatirkan mengandung penyembahan dan penghormatan yang berlebihan.