Asal-Usul Gelar Haji, Ternyata Taktik Licik & Warisan Belanda!

Asal-Usul Gelar Haji, Ternyata Taktik Licik & Warisan Belanda!

Jika saat ini gelar haji merupakan gelar yang prestise dan diidam-idamkan setiap orang, ternyata asal-usul gelar haji pertama kali di Indonesia dilatarbelakangi kekhawatiran Belanda terhadap jamaah haji yang membawa pemikiran dan semangat perlawanan pada Belanda. 

Ibadah Haji di Indonesia Zaman Penjajahan Belanda

Semula, pemerintah Belanda tidak melihat ibadah haji dari sudut pandang politik, melainkan dari perdagangan yang membawa keuntungan. VOC pun antusias menyediakan kapal-kapal untuk perjalanan ke Jeddah karena Belanda mendapat banyak keuntungan. 

Namun, lama kelamaan terjadi banyak gerakan perlawanan dari pribumi, khususnya dari kalangan guru, ulama pesantren, kyai, dan haji. 

Asal-usul gelar haji di Indonesia, ternyata dari Belanda
Gambar: Jamaah haji asal Indonesia tahun 1880

Saat di Tanah Suci, para jamaah haji berkenalan dengan paham Pan-Islamisme. Pan-Islamisme merupakan ideologi politik yang mengajarkan bahwa umat Islam di seluruh dunia harus bersatu untuk dapat terbebas dari penjajahan bangsa Barat. 

Menyebarnya paham Pan-Islamisme ini memicu perlawanan dari Pangeran Diponegoro dan Imam Bonjol yang sempat membuat Belanda kewalahan Pemerintah Belanda pun membatasi jumlah umat Islam yang ingin berangkat ke Tanah Suci. Belanda khawatir paham tersebut diterapkan di Indonesia hingga melahirkan perlawanan lebih banyak lagi. Apalagi mereka yang telah haji dianggap sebagai orang suci dan didengarkan masyarakat umum.

Asal-Usul Gelar Haji di Indonesia

Salah satu cara yang dilakukan adalah menaikkan biaya haji. Tapi bukannya berkurang, jumlah umat Islam yang mengajukan paspor haji justru mengalami lonjakan. Bahkan, beberapa ulama yang baru pulang haji turut mendirikan pergerakan, seperti K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah, K.H. Hasyim Asy’ari yang mendirikan Nahdlatul Ulama, Samanhudi yang mendirikan Sarekat Dagang Islam, dan Tjokroaminoto yang mendirikan Sarekat Islam.

K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah
Gambar: K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah

Baca Juga: Maqam Ibrahim Ternyata Bukan Kuburan, Inilah Sejarah dan Keutamaannya!

Akhirnya pemerintah Belanda membuat peraturan baru, bahwa setiap orang yang pulang haji diberikan gelar “Haji” agar Belanda lebih mudah mengawasi pergerakan para haji ini. Sehingga ketika ada perlawanan, Belanda tinggal menangkap para haji, menginterogasi, bahkan melakukan suntik mati sebagai hukumannya. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903 dan diterapkan tahun 1916.

Asal-usul gelar haji pertama kali di Indonesia
Gambar: Koran berbahasa Belanda tentang Ibadah Haji pada tahun 1923

Sejarah Perjalanan Haji di Pulau Onrust

Bahkan untuk menghadapi ancaman perlawanan, Belanda juga melakukan taktik licik. Belanda membangun sebuah pusat karantina dan rumah sakit di pulau terpencil di Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Onrust. Tempat ini awalnya digunakan untuk menampung jamaah haji yang diduga tertular wabah pes setelah pulang haji.

Padahal, sebenarnya pulau ini digunakan untuk memerangi pemikiran Pan-Islamisme dengan melakukan brainwash kepada jamaah haji. Belanda menyeleksi mereka yang memiliki pemahaman ekstremis atau radikal yang bisa memicu pemberontakan.

Barak Karantina Haji di Pulau Onrust
Gambar: Barak Karantina Haji di Pulau Onrust

Nama Onrust sendiri berasal dari bahasa Belanda yang artinya tanpa Istirahat atau sibuk. Sesuai namanya, pulau ini memang terlihat “sibuk” karena merupakan jalur yang dilewati jamaah setelah pulang haji. Pulau ini memiliki 35 barak dan mampu menampung 3500 jamaah haji. 

Baca Juga: Haji Furoda Haji Tanpa Antri, Intip Fasilitas & Biayanya!

Pulau ini dikelilingi tiga pulau lainnya, yaitu Pulang Bidadari, Pulau Kelor, dan Pulau Cipir. Jika ada jamaah haji yang meninggal saat masa karantina, maka jenazahnya akan langsung dibuang di tengah laut dengan cara jenazah diikat dengan batu agar tidak mengapung dan terlihat di lautan.

Bangsal karantina haji di Pulau Cipir
Gambar: Bangsal karantina haji di Pulau Cipir

Misi Haji Indonesia Pertama Kali

Haji sendiri memang bisa dianggap sebagai momen khusus untuk melancarkan misi kemerdekaan. Seperti halnya haji pertama setelah kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tahun 1948, yang disebut dengan Misi Haji I Republik Indonesia. K.H. Mohammad Adnan yang bertugas sebagai Ketua Misi Haji I mengadakan kontak dengan Raja Arab Saudi, yaitu Ibnu Saud, untuk berunding agar Indonesia mendapat pengakuan kemerdekaan dari Arab Saudi.

Itulah asal-usul gelar haji pertama kali di Indonesia, yang ternyata merupakan warisan kolonialisme dan taktik licik Belanda untuk mengurangi jumlah perlawanan pribumi pada zaman penjajahan.

Bisakah Melakukan Pembayaran di Arab Saudi melalui ATM, Debit, dan QRIS?

Bisakah Melakukan Pembayaran di Arab Saudi melalui ATM, Debit, dan QRIS?

Belanja oleh-oleh sudah menjadi agenda wajib setiap kita menunaikan ibadah umroh dan haji ke Tanah Suci. Selain membayar dengan riyal, bisakah kita menggunakan metode pembayaran di Arab Saudi lainnya, seperti mata uang rupiah, kartu kredit, dan QRIS?

Cara melakukan tarik tunai melalui ATM di Arab Saudi
Gambar: Cara melakukan tarik tunai melalui ATM di Arab Saudi

Tenang saja, kini Sahabat bisa berbelanja di Arab Saudi secara mudah dan efisien dengan alat pembayaran yang bervariasi. Mulai dari riyal, rupiah, kartu kredit, dan melakukan tarik tunai di ATM.

Yuk simak ulasan berikut!

Pembayaran di Arab Saudi dengan Rupiah

Bukan hanya menggunakan riyal, Sahabat juga bisa berbelanja menggunakan mata uang rupiah. Namun, tidak semua pecahan uang bisa digunakan, hanya nominal Rp 50.000 dan Rp 100.000 saja yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran.

Cara melakukan pembayaran di Arab Saudi dengan mata uang rupiah
Gambar: Melakukan pembayaran di Arab Saudi dengan mata uang rupiah

Bahkan, sebagian besar pedagang di Mekah, Madinah, dan Jeddah juga bisa berbahasa Indonesia. Banyak pula yang bisa berbahasa daerah seperti bahasa Jawa dan Sunda. Jadi, Sahabat tidak perlu khawatir akan mengalami kesulitan saat berbelanja di Arab Saudi.

Hal ini karena Indonesia adalah negara yang mengirimkan jamaah umroh dan haji terbanyak ke Tanah Suci. Maka tidak heran bila rupiah diterima dengan baik sebagai alat pembayaran yang sah di Arab Saudi. Terlebih, banyak orang Indonesia yang membuka bisnis dan berdagang di Arab Saudi.

Baca Juga: Tips Antisipasi Copet Saat Umroh dan Haji

Pembayaran di Arab Saudi dengan Kartu Debit & Kartu Kredit 

Selain mata uang riyal dan rupiah, pembayaran melalui kartu debit dan kartu kredit juga mulai banyak digunakan di pusat perbelanjaan dan hotel besar.

Sahabat dapat menggesek kartu debit dan kartu kredit di merchant dengan mesin EDC yang terdapat logo VISA dan Mastercard. Cara ini sangat praktis, persis seperti yang Sahabat lakukan di Indonesia.

Cara membayar dengan kartu debit dan kartu kredit
Gambar: Cara melakukan pembayaran di Arab Saudi dengan kartu debit dan kartu kredit

Namun, bijaklah saat menggesek kartu, karena Sahabat bisa jadi lebih konsumtif saat berbelanja menggunakan kartu debit atau kartu kredit.

Cara Tarik Tunai di ATM Arab Saudi

Sahabat juga tidak perlu khawatir jika persediaan uang riyal di dompet menipis. PT Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama) telah bekerja sama dengan Bank Al-Rajhi di Arab Saudi. Jadi, Sahabat bisa melakukan transaksi ATM di tanah suci, seperti tarik tunai riyal.

Cara melakukan tarik tunai di ATM Arab Saudi
Gambar: Cara melakukan tarik tunai di ATM Arab Saudi

Cara melakukan tarik tunai riyal di ATM Arab Saudi:

  1. Carilah mesin ATM terdekat
  2. Cocokkan logo jaringan ATM Sahabat dengan logo yang tertera di mesin ATM (biasanya ada logo jaringan ATM internasional seperti Maestro, Master Card, Visa, Visa Electron, Plus, Cirrus, Alto, dan sebagainya)
  3. Masukkan kartu ATM dan pilihlah Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris
  4. Ikuti petunjuk di mesin ATM hingga tahap memasukkan jumlah uang yang ingin ditarik tunai
  5. Sahabat bisa mengambil uang sesuai dengan jumlah yang diinginkan, dengan catatan setiap transaksi tarik tunai dikenakan biaya Rp 25.000 dan cek saldo sebesar Rp 3.500
  6. Jangan khawatir jika layar mesin ATM menampilkan sisa saldo 0 karena kebijakan ATM setempat tidak menampilkan saldo nasabah
  7. Ambil kembali kartu ATM dan Sahabat bisa menggunakan uang riyal sesuai kebutuhan

Baca Juga: Cara Mudah Masuk Raudhah dengan Tasreh dan Aplikasi Nusuk

Layanan tarik tunai ini dapat dinikmati seluruh nasabah pengguna ATM Bersama di lebih dari 45 ribu ATM Bank Al-Rajhi di Arab Saudi.

Hingga saat ini, bank-bank Indonesia yang bergabung dalam layanan ATM Bersama antar negara, antara lain BNI, Bank Jatim, BRI Syariah, BRI, Bank NTB Syariah, Bank DKI, Bank Syariah Mandiri, Bank DIY, Bank Jabar, Bank Sumut, Bank Kaltimtara, dan BNI Syariah.

Apakah Bisa Membayar Melalui QRIS?

Saat ini, Bank Indonesia sedang memperluas layanan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) ke sejumlah negara, termasuk Arab Saudi. Sahabat tidak perlu lagi melakukan tukar uang di money changer, termasuk saat umroh dan haji.

Baca Juga : QRIS Hadir di Arab Saudi, Jemaah Haji dan Umrah belanja Makin Praktis

Kerja sama Bank Indonesia untuk memperluas layanan QRIS di Arab Saudi
Gambar: Kerja sama Bank Indonesia untuk memperluas layanan QRIS di Arab Saudi

Tak hanya Arab Saudi, Bank Indonesia juga telah menyatakan kerja samanya dengan Malaysia, Singapura, Filipina, Korea Selatan, dan Jepang agar pembayaran via QRIS ini bisa diakses dengan mudah di negara-negara tersebut.

Nah, jadi Sahabat tidak perlu bingung lagi ketika melakukan pembayaran atau berbelanja di Arab Saudi. Sahabat bisa membayar secara tunai menggunakan riyal dan rupiah atau menggesek kartu debit dan kartu kredit. Bahkan, ke depannya Sahabat juga bisa melakukan pembayaran via QRIS.

Bolehkah Memakai Skincare & Make Up saat Umroh? Perempuan Wajib Tahu!

Bolehkah Memakai Skincare dan Make Up saat Umroh? Perempuan Wajib Tahu!

Perbedaan cuaca antara Arab Saudi dan Indonesia seringkali membuat kulit kita menjadi kering dan terkelupas saat umroh. Nah, untuk mengatasi hal ini, biasanya jemaah perempuan memakai skincare dan make up. Namun, apakah boleh memakai skincare dan make up saat umroh? Apakah memakai skincare dan make up termasuk larangan ihram?

Hukum memakai skincare, make up, dan parfum saat umroh dan haji
Gambar: Hukum memakai skincare, make up, dan parfum saat umroh

Yuk simak penjelasannya di ulasan berikut!

Hukum Memakai Make Up saat Umroh

Umroh memiliki aturan-aturan baku yang harus dipatuhi, bagi laki-laki dan perempuan yang sedang menjalankannya. Salah satu yang harus dipatuhi yaitu menjauhi larangan ihram. Salah satu larangan ihram bagi perempuan, yaitu larangan merias diri atau menggunakan make up.

Jemaah perempuan dilarang merias diri saat ihram, termasuk menggunakan bulu mata palsu, mencukur alis, dan menggunakan celak (eye liner).

Larangan menggunakan celak dan make up lainnya saat ihram
Gambar: Larangan menggunakan celak dan make up lainnya saat ihram

Namun, bercelak dibolehkan jika tujuannya untuk pengobatan. Dalam hadits Imam Baihaqi disebutkan:

“Aku pernah mengalami sakit mata di saat sedang berihram. Aku pun lantas bertanya kepada Aisyah tentang bercelak, lalu Aisyah menjawab silakan kau bercelak, di mana saja selain dengan batu Itsmid (atau dia berkata selain celak yang berwarna hitam).”

Namun, celak ini tetap menjadi larangan jika celaknya mengandung wewangian.

Hukum Memakai Skincare saat Umroh

Pada dasarnya, Islam tak pernah menghalangi dan melarang kita untuk menjaga kesehatan kulit, termasuk menggunakan skincare saat ibadah umroh. Skincare ini berfungsi untuk merawat kesehatan dan kelembaban kulit di tengah cuaca Arab Saudi yang kering.

Sahabat tetap dapat memakai skincare saat umroh, kecuali produk skincare tersebut mengandung alkohol dan wewangian. Nah, jadi pastikan produk skincare yang Sahabat gunakan mengandung bahan-bahan yang halal, ya!

Baca Juga: Dilarang Bawa Cairan Lebih Dari 100 Ml di Kabin Pesawat! Simak Aturannya!

Berikut adalah beberapa skincare yang bisa Sahabat gunakan saat umroh:

Skincare Face Wash

Tak hanya berfungsi membersihkan kotoran dan debu di wajah secara optimal, face wash juga dapat menambah kelembaban yang dibutuhkan kulit setelah terkena panas seharian.

Face wash, skincare yang boleh digunakan saat umroh dan haji
Gambar: Face wash, skincare yang boleh digunakan saat umroh

Namun, pastikan produk face wash atau pembersih wajah tidak mengandung alkohol dan parfum ya, Sahabat! Sebab, produk kecantikan dengan kadar alkohol tinggi justru dapat membuat kulit Sahabat menjadi lebih kering, lho!

Moisturizer

Setelah membersihkan wajah, jangan lupa aplikasikan moisturizer atau pelembab. Pelembab ini sangat penting agar kulit Sahabat tetap terhidrasi dan beregenerasi dengan baik. Moisturizer juga dapat meredakan kulit sensitif (kering, gatal, kemerahan).

Moisturizer, skincare yang boleh digunakan saat umroh dan haji
Gambar: Moisturizer, skincare yang boleh digunakan saat umroh

Sunscreen

Saat musim panas, suhu udara di Arab Saudi dapat mencapai 50 derajat Celcius. Begitu pun saat musim dingin, kulit kita bisa mengelupas karena saking keringnya. Paparan sinar matahari yang sangat terik dan suhu udara yang sangat dingin bisa membahayakan kulit jika tidak dilindungi sunscreen.

Sunscreen, skincare yang boleh digunakan saat umroh dan haji
Gambar: Sunscreen, skincare yang boleh digunakan saat umroh

Saat umroh, gunakan sunscreen dengan SPF minimal 50 untuk perlindungan maksimal. Aplikasikan sunscreen ke wajah dan seluruh badan yang akan terkena matahari maksimal 20 menit sebelum ke luar ruangan, dan ulangi setelah pemakaian kurang lebih 3-4 jam.

Baca Juga: Penting! Inilah Cara Daftar dan Syarat Umroh 2024

Lip Balm

Sama halnya dengan kulit ketika terpapar sinar matahari dan suhu ekstrem, bibir juga sangat mudah untuk jadi kering. Gunakan lip balm setiap hari sebelum ke luar ruangan dan sebelum tidur, agar bibir tetap lembab dan sehat.

Lip balm, skincare yang boleh digunakan saat umroh dan haji
Gambar: Lip balm, skincare yang boleh digunakan saat umroh

Selain Skincare, Bolehkah Menggunakan Parfum saat Ihram?

Hukum mengenakan wewangian di badan setelah mandi dan sebelum memantapkan niat ihram adalah sunnah. Yang dilarang adalah jika Sahabat memakai wewangian atau parfum pada pakaian, sebelum ihram atau sesudah ihram. Sebab, wangi ini akan membekas di pakaian.

“Janganlah kalian memakai pakaian yang telah diolesi za’faran dan waras/sejenis wewangian.” (Majmu Fatawa, Ibnu Utsaimin, 9/22)

Hukum memakai parfum atau wewangian saat ihram
Gambar: Hukum memakai parfum atau wewangian saat ihram

Jika larangan ini dilanggar, maka Sahabat wajib membayar dam dengan memilih salah satu diantara:

  • Menyembelih seekor kambing
  • Bersedekah kepada 6 orang fakir miskin, yaitu sebanyak 2 mud setiap orang
  • Berpuasa selama 3 hari

Bolehkah Menggunakan Deodoran saat Ihram?

Namun, bagaimana hukumnya jika menggunakan deodoran dan sabun mandi, yang fungsinya juga sama-sama menghilangkan bau badan?

Baca Juga: Hukum Minum Obat Penunda Haid untuk Umroh

Nah, deodoran ini mengandung bahan wewangian atau parfum. Jadi, hukumnya tidak boleh memakai deodoran saat ihram.

Hukum memakai deodoran dan sabun mandi saat ihram
Gambar: Hukum memakai deodoran dan sabun mandi saat ihram

Sedangkan untuk penggunaan sabun mandi saat ihram, ada perbedaan pendapat antar ulama. Menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali, orang yang berihram boleh mandi dengan sabun. Sebab, sabun bukan termasuk kategori wewangian dan orang yang mandi dengan sabun tidak sama dengan orang yang memakai wewangian. Sementara menurut mazhab Hanafi, tidak diperbolehkan menggunakan sabun mandi.

Namun, di zaman sekarang, sudah ada sabun mandi yang tanpa menggunakan wewangian atau sabun khusus ihram. Jadi, Sahabat tetap boleh menggunakan sabun mandi jenis ini, ya!

Nah, itulah beberapa aturan tentang penggunaan skincare, make up, parfum, dan produk hygiene lainnya, khususnya untuk jemaah perempuan saat umroh. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Sahabat!

Inilah Tips Antisipasi Copet Saat Umroh & Haji!

Inilah Tips Antisipasi Copet Saat Umroh & Haji!

Bukan hanya di Indonesia saja yang rawan pencopet, ternyata di Mekah dan Madinah juga tak luput dari aksi kejahatan, termasuk copet. Apalagi Sahabat adalah pendatang yang merupakan sasaran empuk bagi para pencopet. Modusnya pun bermacam-macam, ada yang menyamar menjadi pengemis, penjual makanan burung, bahkan menyamar jadi jemaah.

Lantas bagaimana tips untuk mengantisipasi para pencopet ini? Apa yang harus kita waspadai?

Tips mengantisipasi copet di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
Gambar: Tips mengantisipasi copet di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Yuk simak informasi berikut, Sahabat!

Modus Copet di Mekah & Madinah

Sama seperti di Indonesia, modus pencopetan di Tanah Suci juga beragam. Contohnya, ada pencopet yang menyamar menjadi pengemis di sekitar pintu keluar Masjidil Haram. Biasanya mereka beraksi sebagai komplotan. Ada salah satu orang yang menyamar menjadi pengemis, dan komplotan lainnya beraksi untuk menggeledah dan menjambret barang bawaan jemaah.

Tak jarang pula komplotan ini memanfaatkan anak kecil. Jika anak kecil yang menjadi pengemis, akan lebih besar kemungkinannya jemaah untuk mengeluarkan uang dan memberikan uang. Biasanya komplotan ini beraksi menjelang atau usai waktu shalat karena suasana pintu keluar masjid akan ramai oleh jemaah.

Aksi pencopetan kerap terjadi di pintu keluar masuk Masjidil Haram
Gambar: Aksi pencopetan kerap terjadi di pintu keluar masuk Masjidil Haram

Selain di pintu keluar Masjidil Haram, copet juga beraksi di toilet masjid saat jemaah melepaskan tas atau perhiasan di tangan seperti jam saat berwudu. Lengah sedikit saja, perhiasan, jam tangan, dan tas Sahabat bisa raib atau bahkan disilet. Berhati-hatilah dan waspada selalu.

Baca Juga: Bisakah Melakukan Pembayaran di Arab Saudi melalui ATM, Debit, dan QRIS?

Modus Copet di Masjidil Haram

Tak hanya di luar masjid, Sahabat juga perlu waspada saat berada di dalam masjid. Ada beberapa oknum yang menyamar jadi jemaah, bahkan mengenakan kain ihram. Kasus ini menimpa seorang jemaah dari Padang. Saat shalat, ia meletakkan tasnya di ujung sajadah, tapi akhirnya raib digondol pada rakaat ketiga.

Tasnya berisi uang 12 juta rupiah dan 1.500 riyal serta kamera digital. Pada saat yang sama, jemaah yang sedang shalat di belakangnya barang bawaannya juga raib. Memang selama ada celah, di situlah mereka akan beraksi.

Aksi pencopetan di Masjidil Haram juga terjadi saat jemaah sedang shalat
Gambar: Aksi pencopetan di Masjidil Haram juga terjadi saat jemaah sedang shalat

Selain itu, ada juga oknum yang menyamar menjadi penjual pakan burung. Apalagi banyak jemaah umroh atau haji dari luar Arab Saudi yang ingin merasakan pengalaman memberi makan burung merpati di sekitar masjid. Tentu ini akan menjadi celah bagi mereka. Biasanya mereka beraksi saat jemaah yang ingin membeli pakan burung mengeluarkan dompet dan uangnya dari dalam tas.

Tips Mengantisipasi Copet di Tanah Suci

Lantas bagaimana cara mengantisipasi pencurian para oknum tak bertanggung jawab ini?

Membawa Uang Secukupnya

Dilansir dari Liputan 6, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi mengimbau para jemaah untuk tidak membawa uang terlalu banyak saat berada di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, atau tempat oleh-oleh yang biasanya ramai.

Bawalah uang secukupnya saat bepergian agar terhindar dari copet
Gambar: Bawalah uang secukupnya saat bepergian agar terhindar dari pencopetan

Bawalah uang secukupnya sesuai kebutuhan di hari tersebut. Jika Sahabat membawa terlalu banyak uang, hal ini juga bisa membuat ibadah menjadi terganggu. Sebab, seharusnya kita fokus pada ibadah, justru akan terpecah fokusnya karena memikirkan keamanan uang yang dibawa.

Baca Juga: Haji Furoda Haji Tanpa Antri, Intip Fasilitas & Biayanya!

Sedekah Tepat Sasaran

Karena banyaknya oknum yang menyamar menjadi pengemis, maka jika Sahabat ingin bersedekah, Sahabat bisa bersedekah kepada petugas kebersihan yang ada di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Sahabat juga bisa mewakafkan Al-Qur’an di masjid.

Bersedekah memang perbuatan yang mulia, tapi harus tepat sasaran. Bersedekah dengan pengemis dikhawatirkan justru menyuburkan tindakan mengemis dan bertambahnya orang yang berniat mengemis.

Jangan Pergi Sendiri

Sebagai pendatang, sebaiknya Sahabat tidak pergi keluar hotel sendirian untuk menghindari aksi kejahatan, termasuk copet. Jangan berpisah dari rombongan jemaah. Jika ingin berpisah, hendaknya melapor ke Tour Leader dan muthawif, serta mengajak beberapa teman agar tidak benar-benar sendiri.

Jangan bepergian sendiri di Tanah Suci
Gambar: Jangan bepergian sendiri di Tanah Suci untuk menghindari aksi kejahatan tak diinginkan

Manfaatkan Safety Box

Sahabat dianjurkan membawa uang secukupnya saja. Uang, perhiasan, atau barang berharga lainnya sebaiknya disimpan di dalam safety box yang ada di hotel. Jika tidak ada safety box, simpanlah di dalam koper dan pastikan kopernya dikunci ya, Sahabat!

Nah, itulah beberapa tips untuk menghindari aksi pencopetan saat di Tanah Suci. Tetap waspada di mana pun berada ya, Sahabat!

Nikmatnya Kerja Sekaligus Ibadah, Intip Gaji Pekerja dan Askar Masjidil Haram!

Nikmatnya Kerja Sekaligus Ibadah, Intip Gaji Pekerja dan Askar Masjidil Haram!

 
Gambar 1.1.Bekerja menjadi petugas kebersihan di Masjidil Haram
Mekah, Arab Saudi memang salah satu kota yang banyak dihuni oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Bahkan, banyak pula WNI yang bekerja di Masjidil Haram, lho, Sahabat! Mulai dari petugas kebersihan, pekerja konstruksi, driver, hingga askar Masjidil Haram.
 
Kira-kira, berapa gaji para pekerja atau TKI di Masjidil Haram ya, Sahabat? Yuk kita bedah!

Peluang dan Gaji Bekerja di Arab Saudi

 
Gambar 1.2.Peluang dan gaji bekerja di Masjidil Haram, Arab Saudi
Menjadi pekerja atau TKI di Arab Saudi merupakan salah satu peluang kerja yang cukup menggiurkan. Banyak peluang kerja terbuka, mulai dari petugas kebersihan, pekerja konstruksi, driver, askar di Masjidil Haram, Asisten Rumah Tangga (ART), hingga pekerja kantoran.
 
Upah minimum Arab Saudi pun lebih tinggi dibandingkan di Jakarta. Mengutip dari Bloomberg, upah minimum Arab Saudi yaitu sebesar 1.500 SAR atau sekitar Rp 6.2 juta. Rentang gaji para TKI di Indonesia pun cukup beragam, berkisar dari Rp 4 juta hingga Rp 63 juta, tergantung profesinya.
Namun, yang perlu dipertimbangkan jika Sahabat tertarik bekerja di Arab Saudi adalah besaran biaya hidupnya. Biaya hidup di Arab Saudi meliputi tempat tinggal, makan dan minum, transportasi, komunikasi, belanja bulanan, kesehatan, serta hiburan dan rekreasi.
 
Biaya hidup di Arab Saudi relatif mahal, hampir sama seperti di Jakarta, yaitu sekitar 1.020 SAR atau Rp 4.2 juta. Namun, angka ini menyesuaikan dengan kebutuhan pribadi dan bagaimana cara Sahabat mengelola keuangan.

Gaji TKI sebagai Petugas Kebersihan Masjidil Haram

Gambar 1.3.Petugas kebersihan di Masjidil Haram, Mekah
Tak terkecuali di Masjidil Haram, banyak WNI yang menjadi pekerja atau TKI sebagai petugas kebersihan di Masjidil Haram. Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci Arab Saudi menurunkan sebanyak 2.200 – 4000 pekerja untuk membersihkan Masjidil Haram setiap harinya.
 
Ribuan petugas kebersihan di Masjidil Haram ditugaskan di area yang berbeda. Ada yang bertugas membersihkan area pelataran, area dalam, area toilet dan tempat wudhu, dan ada pula yang bertugas mengumpulkan dan membuang sampah di area Masjidil Haram.
Berdasarkan wawancara dalam YouTube Alman Mulyana, seorang petugas kebersihan di Masjidil Haram mengaku bekerja selama 7–8 jam per harinya. Waktu bekerja di Masjidil Haram sendiri dibagi menjadi 3 shift:
  • Shift 1 mulai dari pukul 05.00 – 13.30 Waktu Mekah
  • Shift 2 mulai dari pukul 14.00 – 21.30 Waktu Mekah
  • Shift 3 mulai dari pukul 10.00 – 06.00 Waktu Mekah
Gambar 1.4.Mess atau tempat penginapan para pekerja Masjidil Haram di area pegunungan Kota Mekah
Khusus pekerja laki-laki, mendapatkan mess atau tempat penginapan khusus di sekitar lereng pegunungan. Mess tersebut dilengkapi dengan pertokoan, laundry, barber, dan bus yang khusus diperuntukkan bagi pekerja Masjidil Haram.
 
Dengan profesi sebagai petugas kebersihan di Masjidil Haram dan fasilitas lengkap, ia mengaku digaji 1.400 SAR atau sekitar Rp 5.8 juta. Angka ini masih lebih besar dari upah minimum pekerja di Jakarta.

Gaji TKI sebagai Pekerja Konstruksi Masjidil Haram

Gambar 1.5.Pekerja konstruksi di Masjidil Haram yang bekerja di perusahaan konstruksi Bin Laden Group
Seperti halnya petugas kebersihan, pekerja konstruksi yang bekerja untuk Bin Laden Group di Masjidil Haram pun mendapat fasilitas yang memadai. Mulai dari tempat penginapan, makan, serta asuransi kesehatan.
 
Dalam sehari, mereka bekerja selama 8 jam. Namun, pengecualian saat bulan Ramadhan, mereka bekerja hanya sampai pukul 10.00, tapi tetap mendapat gaji pokok.
 
Gaji pokok pekerja konstruksi di Masjidil Haram berkisar antara 1.200 SAR – 1.300 SAR atau sekitar Rp 4.9 juta – 5.3 juta.

Gaji TKI sebagai Askar Masjidil Haram

Gambar 1.6.Askar di Masjidil Haram yang bertugas menjaga keamanan
Jika Sahabat melihat petugas berseragam cokelat atau loreng-loreng yang berjaga di sekitar Ka’bah saat waktu shalat, itulah Askar yang bertugas menjaga keamanan di Masjidil Haram.
 
Pada musim haji, Kerajaan Arab Saudi mengerahkan hingga 7.000 personel Askar untuk membantu meningkatkan keamanan di Masjidil Haram.
 
Dalam satu bulan, gaji seorang Askar berkisar antara 4000 SAR – 7000 SAR atau sekitar Rp 16 juta – Rp 29 juta. Namun, karena jam kerjanya yang cukup singkat, hanya 6 jam per hari, banyak Askar yang mencari pekerjaan sampingan sebagai driver. Masya Allah ya, Sahabat!
Tak hanya bekerja, mereka yang menjadi pekerja di Masjidil Haram juga berkesempatan shalat di depan Ka’bah, bahkan menunaikan ibadah umroh lebih mudah. Tentu ini adalah keuntungan yang menggiurkan jika Sahabat tertarik menjadi pekerja di Masjidil Haram.

 

Share :

Bani Syaibah, Pemegang Kunci Ka’bah Selama Ribuan Tahun

Bani Syaibah, Pemegang Kunci Ka’bah Selama Ribuan Tahun

 
Gambar 1.1. Tampak pintu Ka’bah dan grendel kunci Ka’bah

Sama seperti rumah, Ka’bah juga memiliki pintu dan kunci. Tidak semua orang bisa masuk ke dalam Ka’bah. Hanya orang tertentu yang diizinkan Raja Arab Saudi yang diperbolehkan masuk ke Ka’bah. Lantas, siapa yang ditugaskan menyimpan dan memegang kunci Ka’bah?
 
Dilansir dari Al-Arabiya, bahkan sebelum Islam datang, ada sosok terpercaya yang ditugaskan untuk menyimpan kunci Ka’bah, yaitu Qushay bin Kilab. Siapakah Qushay bin Kilab?

Qushay bin Kilab, Sosok Penjaga Ka’bah

Gambar 1.2. Tampak pintu Ka’bah dan grendel kunci Ka’bah
Mengutip dari buku “Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim”, dahulu kaum Quraisy membagi tiga jabatan untuk mengelola Kota Mekah. Pertama, al-Sadanah, yang bertanggung jawab untuk merawat Ka’bah, termasuk menjaga kunci Ka’bah. Selanjutnya al-Siqayah, yang bertugas menyiapkan air bagi mereka yang berziarah ke Ka’bah. Terakhir, al-Rafadah, yang bertugas untuk menyediakan akomodasi dan konsumsi bagi para jamaah yang datang ke Ka’bah.
Qushay bin Kilab merupakan sosok yang dipercaya sebagai al-Sadanah atau penjaga Ka’bah. Qushay bin Kilab merupakan leluhur Rasulullah Saw yang juga keturunan Nabi Ismail. Bukan hanya sebagai pemegang kunci Ka’bah, Qushay bin Kilab juga memegang peran penting di departemen pengairan, departemen logistik, dan parlemen.
 
Qushay bin Kilab merupakan sosok yang dipercaya sebagai al-Sadanah atau penjaga Ka’bah. Qushay bin Kilab merupakan leluhur Rasulullah Saw yang juga keturunan Nabi Ismail. Bukan hanya sebagai pemegang kunci Ka’bah, Qushay bin Kilab juga memegang peran penting di departemen pengairan, departemen logistik, dan parlemen.
 
Qushay bin Kilab memiliki tiga putra, yaitu Abdul Dar, Abdul Manaf (kakek buyut Nabi Muhammad SAW), dan Abdul Uzza. Abdul Manaf sangat dihormati di antara bani-bani lainnya karena kebijaksanaan dan ketegasannya.
 
Awalnya, Qushay bin Kilab ingin memercayakan pengurusan Ka’bah pada Abdul Manaf. Namun, sesaat sebelum wafat Qushay bin Kilab memberikan hak menjaga Ka’bah pada Abdul Dar sebagai bentuk penghormatan pada anak tertua. Sejak saat itu, tugas penjagaan Ka’bah beserta kuncinya diwariskan pada anak pertama keturunan Abdul Dar.

Bani Syaibah sebagai Pemegang Kunci Ka’bah

Gambar 1.3. Fathu Makkah, pembebasan Kota Suci Mekah
Hingga pada peristiwa Fathu Mekah, Utsman bin Thalhah yang diwariskan menjadi juru kunci Ka’bah. Namun, saat Rasulullah Saw ingin masuk ke dalam Ka’bah, ternyata Ka’bah terkunci. Banyak yang menuduh Utsman tidak beriman, karena saat Rasulullah Saw datang, Ka’bah justru dikunci.
 
Rasulullah Saw pun meminta Ali bin Abi Thalib untuk mengambil kunci Ka’bah dari Utsman. Ali pun pergi menemui Utsman dan meminta kunci itu. Namun, di luar dugaan, Utsman menolak memberikan kunci Ka’bah kepadanya, karena ia mengira bukan Rasulullah Saw yang memintanya langsung. Akhirnya Ali merebut paksa kunci tersebut agar Rasulullah dapat memasuki Ka’bah.
Abbas bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah, pun menawarkan diri untuk menjaga kunci Ka’bah. Namun, Rasulullah Saw tidak mengabulkan permintaan tersebut. Rasulullah Saw justru meminta Ali untuk mengembalikan kunci pada Utsman bin Thalhah. Ali pun pergi menemui Utsman, mengembalikan kunci Ka’bah dan meminta maaf karena telah merebutnya secara paksa.
 
Gambar 1.4. Grendel dan kunci Ka’bah yang dilapisi emas
Saat itu, Utsman terkejut karena baru mengetahui Ali mengembalikan kunci tersebut karena perintah Rasulullah Saw. Seandainya ia tahu bahwa yang meminta kunci itu adalah Rasulullah, tentu ia tidak akan menolak memberikannya. Akhirnya kunci Ka’bah kembali ke tangan Utsman bin Thalhah.
 
Menjelang Utsman wafat, ia mewariskan kunci Ka’bah pada saudaranya, yaitu Syaibah. Begitulah seterusnya hingga saat ini kunci Ka’bah diwariskan secara turun-temurun pada keturunan Bani Syaibah.
Demikian sikap tegas Rasulullah Saw tentang siapa yang berhak menjaga kunci Ka’bah. Beliau tetap memberikan kepada pihak yang berhak, meski ada kerabat dekatnya yang meminta kunci Ka’bah itu.

Seperti Apa Bentuk Kunci Ka’bah?

Gambar 1.5. Saleh Al-Syaibi, sebagai pemegang kunci Ka’bah saat ini
Saat ini, kunci Ka’bah disimpan oleh Syekh Saleh bin Zaid Al-Abidin Al-Syaibi. Kunci Ka’bah disimpan dalam tas khusus yang terbuat dari sutra berwarna hijau dan emas. Sementara itu, kunci Ka’bah terbuat dari nikel dan memiliki panjang 35 cm. Kunci tersebut dilapisi dengan emas 18 karat.
 
Syekh Saleh Al-Syaibi mengungkapkan bahwa kunci Ka’bah tidak pernah berubah seiring waktu. Jika ada perubahan penampilan kunci, bisa jadi disebabkan karena kegagalan saat membuka pintu Ka’bah, maka kunci harus diperbaiki.
Gambar 1.6. Kunci Ka’bah beserta tas khusus dari sutra berwarna hijau dan emas
Namun, selain dari kunci Ka’bah yang disimpan Syekh Saleh Al-Syaibi, ada 48 kunci Ka’bah sejak masa Kesultanan Turki Utsmani yang saat ini disimpan di museum di Turki. Ada pula dua replika kunci Ka’bah yang terbuat dari emas murni yang disimpan di Arab Saudi.

 

Share :

Ajyad Makarim, Hotel Bintang 5 Favorit Dekat Masjidil Haram

Ajyad Makarim, Hotel Bintang 5 Favorit Dekat Masjidil Haram

 
Gambar 1.1. Lokasi Hotel Ajyad Makarim di Mekah yang dekat dengan Masjidil Haram
Hotel bintang 5 Ajyad Makarim adalah salah satu hotel favorit jamaah umroh yang terletak di dekat pusat Kota Mekah. Hotel Ajyad Makarim hanya berjarak 350 meter dari Ka’bah, Masjidil Haram–yang dapat ditempuh hanya dalam waktu 5 menit dengan berjalan kaki.
Gambar 1.2. Hotel Ajyad Makarim yang berdiri megah di dekat Abraj Al-Bait Tower dan Masjidil Haram
Hotel Ajyad Makarim berdiri megah di Jalan Ajyad, dekat dengan Gerbang King Abdul Aziz. Hotel ini menjadi pilihan yang tepat bagi Sahabat yang menunaikan ibadah umroh, liburan, atau perjalanan bisnis karena aksesnya yang sangat mudah menuju Masjidil Haram, jalan raya, dan bandara.
 
Dari Bandara Internasional King Abdul Aziz menuju hotel dapat ditempuh dalam waktu 45 menit menggunakan kendaraan. Hotel Ajyad Makarim juga menyediakan layanan sewa kendaraan untuk antar jemput jamaah.
Gambar 1.3. Buffet atau menu makanan prasmanan di restoran Hotel Ajyad Makarim
Hotel Ajyad Makarim juga sangat memperhatikan kebutuhan para penyandang disabilitas, dengan menyediakan lajur khusus untuk kursi roda dan toilet disabilitas. Hotel ini juga dilengkapi dengan ruangan perpustakaan, salon, fitness, kedai kopi, restoran, lounge dan area TV untuk bersantai. Tak hanya itu, terdapat layanan laundry dan room service yang tersedia 24 jam.
Gambar 1.4. Menikmati menu masakan mewah Hotel Ajyad Makarim yang diramu oleh chef kelas bintang lima
Salah satu yang menjadi daya tarik Hotel Ajyad Makarim adalah sajian masakannya yang berkelas. Hotel ini memiliki satu restoran buffet yaitu Restoran Zamzam dan dua restoran ala carte yaitu Restoran Al-Noor dan Al-Waleemah.
 
Restoran ini menyediakan berbagai varian menu, mulai dari masakan khas Indonesia, India, Timur Tengah, Turki, hingga Eropa. Seluruh menunya diramu oleh chef kelas bintang lima. Tata letak meja makan yang rapi dan alat makan yang dipastikan selalu higienis menambah kesan kenyamanan restoran ini.
Gambar 1.5. Nikmati kenyamanan penginapan di Hotel Ajyad Makarim
Di luar hotel juga terdapat restoran Faisalabad yang menyajikan menu khas Pakistan, Restoran Al-Qasr dengan menu masakan internasional, dan Starbucks. Jadi, Sahabat memiliki banyak pilihan restoran, tentunya dengan kualitas rasa yang tak diragukan lagi.
 
Dengan kapasitas 411 kamar, Hotel Ajyad Makarim memiliki tipe kamar yang bervariasi, mulai dari tipe Quadruple, Triple, Double, hingga Suite. Perbedaannya terletak pada luas kamar, ruang tamu, ukuran dan jumlah bed, jumlah kamar mandi, dan fasilitas kamar lainnya. Namun, masing-masing kamar dilengkapi dengan televisi, kulkas mini, coffee maker, mini bar, dan air mineral kemasan gratis.
Dengan fasilitas mewah dan kualitas pelayanannya yang juara, Hotel Ajyad Makarim menjadi incaran para jamaah umroh. Masya Allah! Semoga Sahabat berkesempatan untuk menikmati penginapan di hotel ini ya!

 

Share :

Hotel Mewah Tapi Murah di Madinah, Dekat dengan Masjid Nabawi

Hotel Mewah Tapi Murah di Madinah, Dekat dengan Masjid Nabawi

 

Gambar 1.1. Hotel Concorde Dar Al-Khair di Madinah dekat dengan Masjid Nabawi, hanya berjarak 830 m dengan berjalan kaki selama 11 menit
Hotel yang nyaman dan dekat dengan masjid menjadi incaran para jamaah umroh. Salah satunya adalah Hotel Concorde Dar Al-Khair, tempat penginapan mewah terdekat dari Masjid Nabawi. Jaraknya hanya 830 m dari Masjid Nabawi atau sekitar 11 menit ditempuh dengan berjalan kaki.

Lokasi Strategis dan Dekat Masjid Nabawi

Gambar 1.2. Tampak depan Hotel Concorde Dar Al-Khair, Madinah
Hotel Concorde Dar Al-Khair merupakan hotel berbintang 3 yang dekat dengan Masjid Nabawi dan pusat Kota Madinah. Lokasinya cukup strategis karena dekat dengan Bandara Pangeran Muhammad bin Abdulaziz (23 menit berkendara) dan Al-Haramain Train Station Madinah (10 menit berkendara).
 
Demi kemudahan akses Sahabat menuju hotel, Hotel Concorde Dar Al-Khair menawarkan layanan antar jemput bandara yang tersedia 24 jam, dengan harga sewa SAR 250 atau sekitar Rp 1 juta per kendaraan. Hotel Concorde Dar Al-Khair memiliki 14 lantai dengan 336 kamar. Hotel ini juga ramah terhadap penyandang disabilitas, karena memiliki lajur khusus untuk kursi roda.

Sajian Menu Khas Indonesia dan Timur Tengah

Gambar 1.3. Tampak depan Hotel Concorde Dar Al-Khair, Madinah
Lokasi Hotel Concorde Dar Al-Khair juga dekat restoran terkenal yang menyajikan masakan internasional, yaitu Restoran Al-Modeef dan Arabesque. Jaraknya dari hotel hanya sekitar 150 meter. Untuk Sahabat yang rindu dengan masakan khas Indonesia, terdapat Rumah Makan Indonesia di dekat hotel yang bisa ditempuh dalam waktu 6 menit dengan berjalan kaki.
 
Namun, di dalam Hotel Concorde Dar Al-Khair sendiri terdapat restoran yang menyajikan menu masakan khas Indonesia juga, lho, Sahabat! Ada pula restoran khas Timur Tengah bagi Sahabat yang ingin mencicipi keunikan rasa hidangan Arab Saudi.

Fasilitas Mewah dan Lengkap

Gambar 1.4. Tipe kamar Quadruple Hotel Concorde Dar Al-Khair untuk jamaah umroh
Hotel Concorde Dar Al-Khair merupakan pilihan tepat bagi Sahabat yang ingin mencari hotel murah, namun fasilitasnya mewah dan lengkap. Setiap kamar di hotel ini disediakan fasilitas AC, WiFi gratis, televisi, mini bar, electric kettle, shower, pengering rambut, dan masih banyak lagi.
 
Tipe kamar yang tersedia di Hotel Concorde Dar Al-Khair juga bervariasi. Jadi, Sahabat bisa menyesuaikan pilihan kamar dengan budget yang dimiliki. Tipe kamar yang ada di hotel ini yaitu Kamar Double (berisi 2 single bed), Kamar Triple (berisi 3 single bed), Kamar Quadruple (berisi 4 single bed), Kamar Deluxe King (berisi 1 king bed), dan Kamar Suite (dua kamar dengan 6 single bed)
Jamaah umroh Ventour akan mendapatkan tipe kamar Quadruple. Namun, bagi Sahabat yang umroh bersama pasangan atau keluarga, Sahabat bisa upgrade tipe kamar yang akan dikenakan biaya tambahan di luar dari biaya paket umroh.

Masjid Nabawi sebagai View Utama dari Kamar

Gambar 1.5. Pemandangan Masjid Nabawi yang terlihat dari jendela kamar Hotel Concorde Dar Al-Khair, Madinah
Karena letaknya yang dekat dengan Masjid Nabawi, beberapa kamar di Hotel Concorde Dar Al-Khair memiliki pemandangan indah Masjid Nabawi.
 
Itulah beberapa keunggulan yang Sahabat dapatkan jika menginap di Hotel Concorde Dar Al-Khair. Semoga bermanfaat ya, Sahabat!

 

Share :

Masya Allah! 5 Aset Megah di Mekah Untuk Jamaah Haji Asal Aceh

Masya Allah! 5 Aset Megah di Mekah Untuk Jamaah Haji Asal Aceh

 

Gambar 1.1. Penyerahan dana tunai hasil wakaf untuk jamaah haji asal Aceh oleh Badan Wakaf Habib Bugak Asyi pada 2017

Berbahagialah jika Sahabat merupakan orang Aceh yang hendak berhaji, karena setiap jamaah haji asal Aceh akan mendapatkan dana hasil wakaf dari pengusaha besar di Mekah, yaitu Habib Bugak Asyi. Dana hasil wakaf ini telah dinikmati selama lebih dari 200 tahun, lho, Sahabat! Masya Allah.
 
Siapakah Habib Bugak Asyi? Mengapa beliau sukarela memberikan dana hasil wakaf untuk jamaah haji asal Aceh? Yuk simak ulasannya, Sahabat!
Gambar 1.2. Habib Bugak Asyi (kiri) dan Makam Habib Bugak Asyi yang terdapat di Aceh (kanan)
Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi, atau dikenal dengan nama Habib Bugak Asyi, adalah seorang pengusaha asal Mekah. Habib Bugak datang ke Aceh pada tahun 1760 saat masa pemerintahan Sultan Alauddin Mahmud Syah. Ia menetap di Aceh dan menjadi orang kepercayaan sultan Aceh pada masa itu.
 
Saat tinggal di Aceh, Habib Bugak Asyi menjadi inisiator penggalangan dana untuk memberdayakan masyarakat Aceh. Pada tahun 1809, Habib Bugak kembali ke Mekah untuk membeli tanah di sekitar Masjidil Haram, yaitu tepatnya di Qusyasyiah (di sekitar Bab Al-Fath antara Marwah dan Masjidil Haram).
Gambar 1.3. Bagian depan Kantor Wakaf Habib Bugak Asyi di Aziziah, Mekah
Tanah ini diwakafkan dan dibangunkan sebuah rumah singgah, yang disebut Baitul Asyi atau Rumah Aceh. Ikrar wakaf dilakukan Habib Bugak di depan Mahkamah Syariah. Dalam ikrarnya, Habib Bugak menyatakan tanah wakaf dan manfaatnya hanya ditujukan kepada jamaah haji asal Aceh, warga Arab Saudi keturunan Aceh, atau warga Aceh yang tinggal di Arab Saudi.
Namun, jika Baitul Asyi tidak dapat digunakan lagi sebagai rumah singgah untuk orang Aceh, maka manfaatnya boleh digunakan untuk para mahasiswa asal Mekah. Jika tidak ada mahasiswa asal Mekah yang menggunakan fasilitas wakaf, maka manfaatnya boleh dipakai untuk membiayai keperluan Masjidil Haram. Jadi, manfaat dari wakaf rumah singgah ini bersifat abadi ya, Sahabat!
 
Sudah lebih dari 200 tahun rumah singgah tersebut berdiri kokoh hingga sekarang. Namun, pada era pemerintahan Arab Saudi yaitu Raja Malik Sa’ud bin Abdul Azis, Baitul Asyi terkena dampak perluasan Masjidil Haram. Pemerintah Arab Saudi menggusur Baitul Asyi dan memberikan kompensasi berupa uang tunai.
 
Kompensasi tersebut dibelikan dua bidang lahan yang berjarak 500 meter dari Masjidil Haram. Selain sebagai rumah singgah, Baitul Asyi dengan bangunan baru dikembangkan menjadi sarana bisnis, yaitu sebagai hotel. Inilah yang menjadi sumber utama penghasilan wakaf, sehingga hasilnya dapat membiayai para jamaah haji asal Aceh.
 
Hotel ini adalah Hotel Elaf Al-Mashaer dan Hotel Habib Bugak Asyi.

1. Hotel Elaf Al-Mashaer.

Gambar 1.4. Bagian dalam kamar di Hotel Elaf Al-Mashaer, Mekah
Hotel bintang lima dengan kapasitas 650 kamar yang berada di wilayah Ajyad Mashafi ini berjarak hanya 250 meter dari Masjidil Haram.

2. Hotel Habib Bugak Asyi.

Gambar 1.5. Bagian depan Hotel Habib Bugak Asyi, Mekah

Hotel di kawasan Aziziah ini dibangun langsung oleh pengelola wakaf tanpa bekerja sama dengan investor. di Aziziah. Hotel ini memiliki 200 kamar dan dapat menampung 750 jamaah haji. Jaraknya dengan Masjidil Haram sekitar 3.5 km.
Selain kedua hotel ini, dana hasil wakaf juga dimanfaatkan untuk membangun bangunan lain, seperti:

1. Hotel Al-Massa Grand.

Gambar 1.6. Bagian depan Hotel Al-Massa Grand, Mekah

Sebelum pandemi, hotel ini bernama Hotel Ramada. Namun, setelah pandemi, hotel ini beralih manajemen ke pihak Al-Massa Grand. Hotel bintang lima dengan kapasitas 1.800 kamar yang berada di wilayah Ajyad Mashafi ini berjarak 300 meter dari Masjidil Haram.

2. Hunian di Syauqiyah.

Gambar 1.7. Bagian depan hunian wakaf Habib Bugak Asyi di Syauqiyah, Mekah

Gedung ini tidak digunakan untuk perputaran bisnis, namun murni sebagai rumah singgah bagi warga Aceh yang menetap di Mekah dan warga Saudi keturunan Aceh, yang dapat disewa secara gratis dan tanpa batas waktu tinggal.

3. Tanah dan bangunan seluas 900 meter di Aziziah.

Gambar 1.8. Bagian depan hunian wakaf Habib Bugak Asyi di Syauqiyah, Mekah

Penyerahan dana tunai hasil wakaf Habib Bugak Asyi kepada jamaah haji asal Aceh
 
Setiap jamaah haji asal embarkasi Aceh akan mendapatkan dana hasil wakaf sebesar 1.500 Riyal atau sekitar 6 juta rupiah, Bahkan pihak pengelola wakaf atau Nadzir Wakaf Baitul Asyi telah menggelontorkan dana kompensasi sebanyak 70 juta Riyal atau 280 miliar rupiah. Masya Allah ya, Sahabat!
Dana tunai tersebut yang diberikan secara langsung oleh Nadzir Wakaf Baitul Asyi, yaitu Syekh Abdul Latif Baltou, saat jamaah haji tiba di penginapan masing-masing setelah dua hari berada di Mekah.
 
Wakaf ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri untuk Sahabat asal Aceh yang ingin berhaji. Masya Allah ya, Sahabat!

 

Share :

Asal-Usul Pohon Soekarno yang Menghijaukan Padang Arafah

Asal-Usul Pohon Soekarno yang Menghijaukan Padang Arafah

 
Gambar 1.1. Pohon Soekarno yang ditanami sepanjang kawasan Padang Arafah
Kawasan Arafah di Arab Saudi yang dikenal sangat gersang dan terik, kini menghijau berkat ide dan kontribusi presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Soekarno-lah yang mengusulkan Padang Arafah untuk ditanami pepohonan agar jamaah haji bisa lebih nyaman beribadah. Pohon yang ditanami di Arafah kini dinamakan Pohon Soekarno.
 
Pada tahun 1955, Soekarno menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Daratan Arab Saudi memang dikenal sebagai negara dengan wilayah yang sangat gersang. Suhu udara di sana dapat mencapai 50ºC saat siang hari.
Gambar 1.2. Pohon Soekarno yang rimbun menjadi tempat berteduh bagi para jamaah haji saat wukuf di Arafah
Soekarno melihat bahwa tandusnya Padang Arafah membuat banyak jamaah merasa kepanasan dan mudah lelah. Akhirnya Soekarno berinisiatif untuk mengusulkan agar Padang Arafah ditanami pepohonan pada Raja Arab Saudi, yaitu Saud bin Abdulaziz al-Salad.
 
Karena ide Soekarno sangat brilian, Raja Saud mengabulkan usulan tersebut. Penanaman pohon di Arafah dilakukan melalui proyek kesejahteraan wakaf yang diprakarsai oleh Abdul Rahman Fakieh, seorang pengusaha Arab terkemuka saat itu. Abdul Rahman sangat antusias dengan proyek tersebut, bahkan rutin peninjau lahan penanaman setelah salat Subuh.
Gambar 1.3. Pohon mindi atau Pohon Soekarno yang bersemi dan tumbuh subur di kawasan Arafah
Pohon yang ditanam di Padang Arafah ini bukan sembarang pohon. Soekarno sengaja memilih pohon yang kokoh dan rindang yang tahan terhadap cuaca ekstrem dan wilayah tandus. Pohon ini yaitu pohon mimba atau pohon mindi. Akhirnya pohon yang ditanami sepanjang kawasan Arafah ini dijuluki Pohon Soekarno atau Syajarah Sukarno.
 
Pohon dengan nama latin Melia Azedarach ini dapat tumbuh di daerah beriklim tropis maupun subtropis. Pohon mindi umumnya ditemukan di tempat yang kering, seperti di pinggir jalan, atau di hutan yang terbuka. Tidak heran, pohon tersebut dapat tumbuh subur di Arab Saudi, terutama di Padang Arafah yang tandus.
Pohon ini termasuk kedalam golongan pohon yang cepat tumbuh. Dalam dua tahun, tinggi pohon ini bisa mencapai 4-5 meter. Tak hanya berfungsi sebagai tempat berteduh bagi para jamaah haji, pohon mindi juga memiliki banyak khasiat.

Gambar 1.4. Pohon mindi atau Pohon Soekarno yang ditanami sepanjang jalan di kawasan Arafah
Ketika jamaah haji mendirikan tenda di Arafah di sela-sela pohon tersebut, ia tidak mengalami gatal-gatal selama bermalam di tenda. Daun pohon mimba dikenal sebagai tanaman obat yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit kulit dan radang.
 
Tak hanya mengusulkan ide penanaman pohon, Soekarno juga mengirim ribuan bibit pohon mindi beserta ahli tanaman dari Indonesia untuk mengawasi proyek tersebut. Pohon mindi ini ditanam di kawasan Arafah seluas 1.250 hektar menggunakan tanah subur dari Indonesia dan Thailand.
Gambar 1.5. Keakraban pertemuan Presiden Soekarno dan Raja Saudi tahun 1955
Setiap berjarak 5 meter, terdapat pohon mindi. Ada yang tumbuh tinggi sekitar 8 meter hingga 20 meter, namun ada pula yang masih kecil dengan tinggi sekitar 2 meter. Tak hanya ditanami di Arafah, kini Pohon Soekarno dilestarikan dan ditanam di tepi jalan di Kota Mekah, Madinah, Jeddah, Riyadh, dan Thaif, yang berfungsi sebagai perindang.
 
Selain berjasa atas penghijauan area di Padang Arafah, Soekarno juga berjasa atas pembuatan tiga jalur tempat sa’i. Seperti diketahui, kini tempat sa’i terbagi menjadi tiga jalur, dengan jalur pertama adalah dari Bukit Safa ke Bukit Marwa. Jalur kedua dibuka dari Bukit Marwa ke Bukit Safa. Sedangkan jalur ketiga khusus diperuntukkan bagi jamaah lansia dan disabilitas.
Jasa besar Soekarno ini merefleksikan eratnya hubungan antara Indonesia dengan Arab Saudi.
Berkat ide dan kontribusinya, saat hendak kembali ke Tanah Air, Soekarno pun mendapatkan hadiah kiswah atau kain penutup Ka’bah dari Raja Saud. Masya Allah ya, Sahabat!.

 

Share :