Munculnya Imam Mahdi Palsu yang Menyerang Ka’bah pada 1979

 
Jika pada tahun 930 M, Ka’bah pernah diserang oleh Kaum Qaramithah dan Hajar Aswad sempat dicuri, namun pada 20 November 1979 insiden penyerangan dan kudeta terjadi di Masjidil Haram. Kelompok penyerang mengaku bahwa telah Imam Mahdi telah berada di antara mereka. Kelompok ini dipimpin oleh Juhaiman al-Utaibi, seorang Arab Badui radikal.

Siapakah Juhaiman al-Utaibi?

Gambar 1.1. Juhaiman al-Utaibi, pimpinan kelompok pemberontak JSM yang mengkudeta pemerintah Arab Saudi di depan Ka’bah
 
Juhaiman merupakan seorang khatib asal Arab Badui yang berusia 43 tahun. Juhaiman pernah tergabung sebagai tentara Saudi National Guard dengan pangkat kopral. Namun saat pemberontakan ia tergabung dalam kelompok ultrakonservatif muslim Sunni yaitu Al-Jama’a al Salafiya al-Muhtasiba (JSM). Kelompok JSM ini kerap mengkritik kerajaan Saudi.
 
Kerajaan Arab Saudi dinilai hedonis. Sikap politik kerajaan juga dekat dengan Amerika, sehingga terpapar budaya barat. Banyak perempuan yang dibolehkan tampil dan menjadi presenter di TV, perempuan boleh mengendarai mobil, dan boleh menonton bioskop. Juhaiman merasa Arab Saudi telah melampaui batas dan harus diberi peringatan.

Bagaimana Kronologi Kejadiannya?

Gambar 1.2. Pasukan kelompok pemberontak JSM yang merangsek masuk ke dalam Masjidil Haram
 
Saat itu, sekitar 50 ribu umat Islam dari seluruh dunia berkumpul untuk salat Subuh di pelataran Ka’bah. Namun tiba-tiba terdengar suara tembakan. Di tengah keributan dan kepanikan jamaah, Juhaiman al-Utaibi beserta 200 pasukannya mendesak maju ke Ka’bah.
 
Imam salat Subuh kala itu yang dipimpin Muhammad bin Subail segera diringkus dan disandera. Upaya perebutan kekuasaan dimulai dengan keranda jenazah yang tiba-tiba diarak menuju pelataran Ka’bah. Ternyata keranda jenazah tersebut berisi pistol dan senapan, yang didistribusikan pada kelompok pemberontak.
Sebelumnya, senjata-senjata itu telah dipasok dan ditimbun di dalam kamar-kamar yang ada di Masjidil Haram yang selama ini dipakai oleh orang Yaman yang bekerja membagikan air zamzam. Senjata-senjata itu juga disembunyikan di dalam gerobak sayuran dan buah milik para pedagang yang biasa berjualan di sekitar Masjidil Haram.
 
Juhaiman pun merebut mikrofon dan berbicara dengan lantang, “Rekan-rekan muslim, kami mengumumkan hari ini kedatangan Mahdi, yang akan memerintah dengan keadilan dan keadilan di bumi setelah dipenuhi dengan ketidakadilan dan penindasan!”

Gambar 1.3. Juhaiman Al-Utaibi yang berpidato di depan Ka’bah mengumumkan keberadaan seseorang yang diyakini sebagai Imam Mahdi
 
“Laki-laki baik itu sekarang ada di sini bersama kita, dan dia akan membawa keadilan ke dunia, setelah dipenuhi ketidakadilan. Jika ada yang meragukan, silakan ke sini memeriksa. Kami semua adalah saudara kalian!” seru Juhaiman.
 
Padahal, yang mereka sebut Imam Mahdi tak lain adalah seorang mahasiswa bernama Muhammad bin Abdullah Al-Qahtani yang direkrut oleh Juhaiman. Ia memiliki ciri-ciri yang terdapat pada Imam Mahdi berdasarkan hadits, yaitu nama yang mirip Nabi Muhammad, berdahi lebar, dan memilki hidung mancung. Juhaiman mengajak seluruh umat Islam untuk berbaiat pada Imam Mahdi tepat di sisi Ka’bah, seperti yang tertera di dalam hadits.
Juhaiman telah menyiapkan penembak jitu di setiap puncak menara Masjidil Haram untuk menembaki pihak luar yang mencoba mendekat. Ia juga memerintah semua pintu Masjidil Haram ditutup.
 
“Jika kalian melihat tentara pemerintah hendak melawan, tembaklah, karena ia ingin membunuhmu! Jangan ragu!” seru Juhaiman kepada regu penembak jitu. Hanya dalam satu jam, kelompok pemberontak berhasil menguasai dan memiliki kendali penuh atas Masjidil Haram.
 
Dengan adanya kekacauan di Masjidil Haram, pemerintah Arab Saudi justru bergerak lambat menanganinya. Pemerintah menutup akses berita peliputan dari dunia luar, agar tak ada informasi dan teror yang semakin mengecam warganya. Bahkan, Arab Saudi juga ditutup untuk turis dan jurnalis mancanegara.

Gambar 1.4. Gempuran yang terjadi di Masjidil Haram tahun 1979
 
Hal ini disebabkan para ulama Arab Saudi harus mengeluarkan fatwa terkait dengan pembalasan serangan ke Masjidil Haram. Akhirnya diputuskan bahwa militer Arab Saudi diperbolehkan menggunakan kekuatan apapun untuk merebut kembali Masjidil Haram dari tangan pemberontak.
 
Kendaraan lapis baja, militer bersenjata, serta helikopter dikerahkan untuk mengepung Masjidil Haram. Arab Saudi juga meminta bantuan dari unit komando Pakistan, Prancis, dan Amerika (CIA).
Gambar 1.5. Kelompok pemberontak JSM yang diringkus oleh militer Arab Saudi
 
Karena Mekah adalah area terlarang bagi non muslim, maka unit komando yang non muslim mengorganisir militer Arab Saudi dan menyiasati rencana pengepungan di sebuah hotel di Kota Thaif. Di tempat inilah, tim tersebut menyusun rencana untuk mengusir kelompok pemberontak.
 
Tim akan menggali lubang di sekitar Masjidil Haram sedalam 50 meter yang akan mencapai ruang bawah tanah. Lalu ruang bawah tanah Masjidil Haram akan diisi dengan gas air mata dan granat agar kelompok pemberontak tidak dapat berkutik.
Setelah pengepungan dan terjadi aksi tembak-menembak selama dua minggu, kelompok pemberontak mulai kehabisan amunisi dan makanan. Juhaiman dan 63 orang pasukannya akhirnya menyerahkan diri.
 
Gambar 1.6. Protes masyarakat Arab Saudi terhadap kelompok pemberontak di luar kawasan Masjidil Haram
 
Pasukan militer Arab Saudi segera meringkus dan mengadili mereka, hingga dijatuhi hukuman mati dengan dipancung. Imbas dari peristiwa itu semua anak keturunan Juhaiman diawasi ketat sampai sekarang.
 
Akibat dari insiden ini, terdata 255 jamaah haji tewas, 560 orang terluka, serta dari pihak militer Arab Saudi 127 orang tewas dan 451 terluka.
 
Peristiwa inilah yang diyakini sebagai awal mula kebangkitan terorisme, seperti jaringan Al-Qaeda dan rentetan peristiwa teror di berbagai wilayah sekaligus memperkeruh suasana politik internasional.
 
Setelah insiden berdarah di Masjidil Haram, pemerintah Arab Saudi menetapkan penghapusan presenter perempuan dari TV dan larangan perempuan mengemudi. Pemberlakuan larangan ini merujuk pada banyaknya fenomena pemberontakan yang terjadi di tengah masyarakat saat itu yang dapat membahayakan kaum perempuan.
Peristiwa inilah yang diyakini sebagai awal mula kebangkitan terorisme, seperti jaringan Al-Qaeda dan rentetan peristiwa teror di berbagai wilayah sekaligus memperkeruh suasana politik internasional.
 
Setelah insiden berdarah di Masjidil Haram, pemerintah Arab Saudi menetapkan penghapusan presenter perempuan dari TV dan larangan perempuan mengemudi. Pemberlakuan larangan ini merujuk pada banyaknya fenomena pemberontakan yang terjadi di tengah masyarakat saat itu yang dapat membahayakan kaum perempuan.
 
Namun, pada 24 Juni 2018, pemerintah Arab Saudi mengumumkan pencabutan larangan tersebut, dan kembali membolehkan perempuan untuk mengemudi, bepergian tanpa wali, menonton konser atau pertandingan di stadion, serta menjadi tentara.
 
Dilansir dari Egypttoday, seorang profesor geologi dan sumber daya air di Institut Riset Afrika Abbas Sharaqi mengatakan bahwa air zam zam tidak akan habis karena sumurnya terhubung ke sumber air tanah yang terbarukan. Hal ini menjadikan sumber air itu tidak akan mengering kecuali dalam kondisi tertentu.
 
Air Zam-zam adalah air terbarukan. Sumber air berasal dari hujan di Mekah. Mekah adalah daerah pegunungan dan salah satu lembahnya – Lembah Ibrahim atau wadi’ ibrahim menyokong sumur Zamzam yang berada di daerah dataran rendah,” kata Sharaqi.
 
Hal yang sama juga disebutkan dalam jurnal internasional tahun 2013 dari peneliti dari universitas di Pakistan dan Jepang. Diketahui tepat pada lokasi sumur zam zam berada, terdapat endapan sungai setebal 13,5 meter yang disebabkan oleh air hujan di pegunungan yang mengalir ke dataran rendah dan berubah menjadi endapan.

 

Share :

Leave a Reply

Your email address will not be published.